Liputan6.com, Jakarta - Sebuah foto dan video dari militer Ukraina mengungkapkan, mereka menjajal penggunaan konsol game handheld keluaran Valve, Steam Deck, sebagai alat kontrol senapan mesin (machine gun) dalam perang melawan Rusia.
Dijelaskan oleh TRO Media milik Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina, Steam Deck itu memungkinkan operator senjata berada hingga 500 meter, dari senjatanya itu sendiri.
Baca Juga
Mengutip IGN, video dari TRO Media juga mendemonstrasikan bagaimana konsol game itu dipakai untuk mengendalikan turret "Shablya" atau bahasa Ukraina untuk "saber" secara jarak jauh.
Advertisement
Dengan kegunaannya bisa sebagai kontrol jarak jauh ini, membuat perangkat itu berguna untuk melindungi nyawa operator dari pasukan lawan mengincar turret mereka.
Melalui Instagram, TRO Media juga mengklaim senjata anti-personil atau anti-tank apa pun bisa dipasang di platform ini, bukan hanya yang terlihat dalam video.
Mengutip Gamerant, Sabtu (6/5/2023), bagi militer, harga Steam Deck terbilang murah karena mereka dijual dengan harga mulai dari USD 399 sampai USD 600.
Sementara, setiap drone militer yang saat ini dipakai pasukan Ukraina dan Rusia, masing-masing bisa seharga lebih dari USD 1 juta. Selain itu,
Selain itu, Steam Deck juga bisa dikustomisasi, berbeda dengan pesaingnya Nintendo Switch. Perangkat yang dipakai oleh tentara Ukraina ini sendiri sepertinya juga telah menggunakan UI kustom.
Kemungkinan Steam Deck Dipilih Tentara Ukraina
Secara bawaan mereka menjalankan Linux, yang memungkinkan berbagai pilihan bagi siapa saja, yang ingin memakainya untuk tujuan selain yang diprogram Valve, bahkan bisa dipasang Windows.
Hal ini juga diungkap oleh peneliti Bellingcat, Aric Toler kepada PC Gamer. Toler sebelumnya membantu mengungkapkan kebocoran dokumen militer rahasia di Discord bulan lalu.
"Steam Deck cukup sempurna kalau dipikir-pikir," kata Toler. "Klien OS yang benar-benar asli, pengontrol hebat yang dapat Anda gunakan, layar sentuh, dll."
"Sangat masuk akal untuk menggunakan Steam Deck, dengan asumsi perangkat lunak tersebut kompatibel dengan Linux (kecuali jika mereka melalui proses dual-booting Windows pada Steam Deck)."
Harganya yang "hanya" USD 399 untuk versi dasar, tentu juga lebih murah ketimbang harus memesan modul kontrol pesanan yang pastinya sangat mahal.
Advertisement
Induk Tinder Match Group Mau Tinggalkan Rusia
Di sisi lain, induk Tinder, Match Group, mengumumkan bahwa mereka akan angkat kaki dari Rusia dan menarik aplikasi-aplikasi kencan mereka dari negara itu pada akhir Juni 2023.
"Kami berkomitmen untuk melindungi hak-hak asasi manusia," kata Match Group dalam sebuah paragraf pendek, di bagian "Menumbuhkan budaya integritas dan keandalan", seperti dikutip dari Euronews.
"Jenama kami mengambil langkah-langkah untuk membatasi akses ke layanan mereka di Rusia dan akan menyelesaikan penarikan mereka dari pasar Rusia pada 30 Juni 2023," tulis perusahaan, dikutip Kamis (4/5/2023).
Namun, Match Group tidak mengungkapkan mengapa mereka baru menarik diri dari negara itu tahun ini, atau apa yang dilakukan untuk membatasi akses sebelumnya.
Â
Bisnis Tak Terlihat Bagus di Rusia
Mengutip Engadget, perusahaan mengakui bahwa ada rusaknya penjualan di wilayah Eropa pada bulan Maret 2022, sebulan setelah Perang Ukraina dimulai.
Jeff Perkins, Direktur Eksekutif Pemegang Saham Friends Fiduciary Corp, mengatakan, kehadiran Match yang berkelanjutan di Rusia "tidak terlihat bagus" karena berbisnis di negara yang dituding melakukan kejahatan perang.
Match sempat didesak oleh Rusia agar menyimpan data dan pesan pengguna di negara itu, sesuai dengan persyaratan layanan intelijen.
Ini meningkatkan kekhawatiran pengguna LGBTQ, khususnya karena data dibagikan dengan pemerintah Rusia yang kontra terhadap mereka.
Musim panas lalu, Match Group terkena denda 2 juta rubel oleh pengadilan distrik Moskow, dalam kasus yang diajukan terhadap beberapa platform, termasuk WhatsApp, Snapchat, Spotify, dan Hotels.com.
(Dio/Ysl)
Advertisement