Google Search Berbasis AI Berpotensi Hancurkan Industri Media Online

Google baru saja mendemonstrasikan rencananya untuk menggunakan AI generatif dalam hasil mesin pencari (Google Search). Teknologi ini dinilai akan menghancurkan industri media online.

oleh Iskandar diperbarui 15 Mei 2023, 09:52 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2023, 09:28 WIB
Ilustrasi Google Search
Ilustrasi Google Search (sumber: iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Google mengumumkan sejumlah fitur baru pada konferensi pengembang tahunan Google I/O 2023 di Mountain View, California, Amerika Serikat pada minggu lalu, termasuk smartphone lipat Pixel Fold dan Android 14 Beta 2.

Dari sejumlah produk baru yang diumumkan Google, ada satu pembaruan yang tidak mendapat banyak perhatian di luar lingkaran teknologi. Hal ini bisa dibilang merupakan perubahan paling radikal di industri internet sejak Google menjadi mesin pencari terbesar di dunia pada awal 2000-an.

Perusahaan berencana untuk mengubah cara menyajikan hasil mesin pencari (Google Search) dengan menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Dengan segala risiko potensi konsekuensinya, itu akan seperti menjatuhkan 'bom nuklir' pada industri penerbitan online (terutama media online) yang sedang berjuang untuk bertahan hidup.

Google mendemonstrasikan rencananya untuk menggunakan AI generatif dalam hasil mesin pencari. Ya, Google baru meluncurkan chatbot AI yang mereka garap, Bard, untuk bisa dijajal oleh masyarakat umum. Meski begitu, platform ini masih dalam tahap uji coba.

Google menggunakan contoh permintaan pencarian yang berbunyi "Apa yang lebih baik untuk keluarga dengan anak di bawah 3 tahun dan anjing, Bryce Canyon atau Arches National Parks?"

Kueri tentang taman nasional AS di Penelusuran Google konvensional belum tentu memberikan jawaban yang komprehensif. Tapi, seperti yang bisa kamu lihat dari tangkapan layar di bawah, pencarian berbasis AI memberikan jawaban dalam gaya percakapan yang mempertimbangkan usia anak-anak dan anjing.

<p>Google mendemonstrasikan seperti apa Google Penelusuran di masa mendatang, yang diberdayakan dengan AI. Credit: Google </p>

Bagaimana semua ini bekerja? AI generatif pada dasarnya berfungsi sebagai trik sulap. AI dilatih dengan 'membaca' semua yang tersedia di web terbuka, dan menggunakan informasi tersebut untuk merumuskan jawaban atas pertanyaan dengan nada percakapan.

“Kemudian jika ingin menggali lebih dalam, ada tautan yang disertakan dalam snapshot tersebut,” jelas Google dalam pemaparannya, seperti dikutip dari Forbes, Senin (15/5/2023).

Mengapa teknologi itu akan merugikan industri penerbitan online (media online)? Karena pada dasarnya Google membuat jawaban atas pertanyaan sulit menggunakan semua konten yang tersedia di web terbuka, namun pengguna Google Search tidak perlu mengunjungi halaman yang benar-benar berisi informasi tersebut.

Sementara, industri penerbitan online modern mengharuskan pengguna untuk mengunjungi halaman berita untuk mendapatkan iklan dan langganan. Itu berlaku untuk penerbit besar seperti New York Times dan Forbes serta penulis dan jurnalis independen yang menulis di tempat-tempat seperti Substack dan Twitter.

Pertanyaan adalah apakah tautan di sebelah kanan, yang dilingkari di bawah ini akan mendapatkan klik?

<p>Tampilan Google yang akan datang pada mesin pencarian yang didukung AI. Credit: Google</p>

Google coba meyakinkan itu benar-benar akan menghasilkan klik, karena perusahaan berusaha untuk transparan tentang dari mana mereka mendapatkan semua informasi ini.

Namun kontributor Forbes, Matt Novak, berpendapat ini seperti menyarankan agar orang mengklik sumber Wikipedia, yang ada di bagian bawah setiap entri ensiklopedia online.

"Tentu, seseorang yang sangat tertarik dengan topik tersebut mungkin mengeklik tautan. Tetapi sebagian besar pengguna hanya akan membaca entri Wikipedia tanpa mengkhawatirkan semua sumbernya," demikian menurut Novak.

"Demi keadilan untuk pengguna internet, itu adalah cara yang sepenuhnya normal untuk berfungsi. Saat kamu ingin tahu tentang, katakanlah, kota tempat Walt Disney dilahirkan, kamu tentu ingin mengetahuinya secepat mungkin. Kamu hanya ingin tahu jawaban atas trivia itu," tulis Novak.

 

Bentuk Plagiarisme

Search Engine Google
Search Engine Google (Photo by Solen Feyissa on Unsplash)

Untuk diketahui, Disney berasal dari Chicago, dan Wikipedia mendapat informasi itu dari artikel surat kabar Chicago Sun-Times dari tahun 2009.

"Tapi berapa banyak orang yang akan mengeklik artikel surat kabar itu? Sangat sedikit, saya kira. Dan begitulah jawaban Google Search akan mulai memakan konten yang saat ini disediakan oleh surat kabar, majalah, dan outlet berita online," Novak menjelaskan.

Beberapa orang mungkin menganggap ini sebagai bentuk plagiarisme, seperti yang ditulis oleh seorang kritikus teknologi dalam sebuah postingan di Substack.

Apa pun sebutannya, hasilnya akan lebih sedikit pengguna yang mengeklik di situs pembuat konten dan lebih banyak klik di Google, yang pada dasarnya mensintesis informasi dunia dan mencoba memberi pengguna alasan untuk tidak pernah meninggalkan ekosistem produk Google, termasuk Google Search.

Google dapat menjual iklan untuk melawan klik itu, iklan yang mungkin telah dijual oleh penerbit di situs web mereka secara langsung.

Klik itulah yang membuat web komersial menguntungkan bagi pembuat konten dan sulit untuk melihat banyak situs web bertahan dari perubahan besar pada produk Google.

"Sekali lagi, menurut saya ini seperti bom nuklir yang akan dijatuhkan di web, mengingat Google Search memiliki sekitar 89% pangsa pasar di AS dan sekitar 94% pangsa pasar di seluruh dunia," Novak menegaskan.

 

Kapan Teknologi Ini Akan Diluncurkan?

Ilustrasi Mesin Pencari, Google Search
Ilustrasi Mesin Pencari, Google Search. Kredit: Photo Mix via Pixabay

Menurut laporan The Verge, Google mengatakan akan meluncurkan fitur tersebut sebagai uji coba dalam beberapa minggu mendatang dan tidak akan rilis sepenuhnya dalam waktu dekat.

Tetapi dengan popularitas ChatGPT yang kian moncer, sulit membayangkan Google akan membiarkan pesaingnya itu makin berada di atas awan. Itulah yang dikhawatirkan Google.

ChatGPT terkenal karena memberikan informasi buruk yang baru saja diciptakannya, dan terkadang bahkan membuat artikel atau makalah penelitian yang sepenuhnya fiksi untuk memperkuat kesalahannya--sesuatu yang disebut "halusinasi" oleh peneliti AI.

"Tapi kekhawatiran itu benar-benar tidak penting. Pertanyaannya adalah apakah alat ini akan diluncurkan sedemikian rupa sehingga mengubah cara pengguna internet mengonsumsi informasi. Dan sepertinya, jawabannya sudah diafirmatif," sambung Novak.

Masa depan jelas sulit diprediksi, seperti yang Novak tunjukkan di Paleofuture, situs web yang telah ditulisnya sejak 2007, membahas visi masa lalu tentang masa depan.

Ia pun membuat prediksi tentang apa yang akan dilakukan oleh Google untuk Search pada web terbuka, seperti di bawah ini.

  • Menghancurkan industri yang mengandalkan iklan, seperti banyak surat kabar dan majalah
  • Memaksa lebih banyak pembuat konten untuk menempatkan sesuatu di balik paywall (fitur situs web atau teknologi lain yang mengharuskan pembayaran dari pengguna untuk mengakses konten atau layanan tambahan)

Ia berpendapat Google akan menjatuhkan bom yang akan menghapus situs web yang tak terhitung jumlahnya.

"Kami hanya belum tahu kapan itu akan terjadi. Saya pun tidak tahu bahwa 'tempat perlindungan nuklir' seperti metode langganan dan trafik yang digerakkan oleh Facebook akan bisa menolong atau tidak," Novak menandaskan.

Infografis Google dan Facebook (Liputan6.com/Abdillah)

Infografis Google dan Facebook (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Google dan Facebook (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya