Peringatan! Aplikasi Streaming Jadi Target Serangan Siber

Aplikasi streaming menjadi target serangan siber karena jumlah data pengguna yang disimpan lebih besar

oleh M Hidayat diperbarui 26 Mei 2023, 15:00 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2023, 15:00 WIB
Ilustrasi malware, scam, ancaman siber terkait Covid-19
Ilustrasi malware, scam, ancaman siber terkait Covid-19. Kredit: Engin Akyurt from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan laporan Digital 2023: Indonesia dari Datareportal, sekitar 96 persen dari 212,9 juta pengguna internet di Indonesia menonton konten televisi melalui streaming platform (aplikasi streaming).

Rata-rata waktu menonton mencapai 1 jam 9 menit, yang menyumbang hampir 40 persen dari total waktu yang dihabiskan oleh masyarakat Indonesia untuk menonton televisi.

Kemudian, layanan perbankan digital diakses oleh lebih dari 29 persen pengguna internet, sementara 84 persen dari total pengguna internet berbelanja secara daring.

Merujuk pada angka-angka tersebut, streaming platform menjadi target serangan siber karena jumlah data pengguna yang disimpan lebih besar. Meskipun dampaknya mungkin lebih kecil dibandingkan dengan layanan perbankan digital dan e-commerce, sektor ini tetap harus memperkuat keamanannya. Itu penting untuk meningkatkan ketahanan bisnis dan membangun kepercayaan pelanggan. 

Pada akhirnya itu akan mempercepat perkembangan ekonomi digital secara keseluruhan. Menurut Institut Riset Ekonomi untuk ASEAN dan Asia Timur (ERIA), jika keamanan siber tidak mampu mengimbangi ancaman, kerugian akibat serangan siber diperkirakan mencapai Rp14,2 triliun pada tahun 2021.

Pada tahun 2016, terjadi serangan siber pada aplikasi streaming yang menargetkan berbagai platform. Dyn, penyedia dan pencatat DNS, menjadi salah satu korban. Penyerang menggunakan botnet Mirai yang terhubung ke banyak perangkat Internet of Things (IoT) dan menyebabkan serangan Penolakan Layanan secara Terdistribusi (Distributed Denial of Service - DDoS).

 

Next-Generation Firewall

Phishing juga menjadi masalah lain yang mempengaruhi pelanggan. Penyerang menyamar sebagai orang berwenang dan meminta pelanggan untuk mengunduh file ZIP yang berisi lampiran HTML mencurigakan untuk mengidentifikasi target potensial. Penyerang kemudian melakukan serangan rekayasa sosial untuk mendapatkan detail sensitif, termasuk informasi data pribadi.

Edwin Lim, Country Manager di Fortinet untuk Indonesia, menjelaskan bahwa serangan siber selalu bertujuan mengganggu dan mencuri data sensitif. Guna memperkuat keamanan platform streaming, diperlukan arsitektur keamanan siber seperti Firewall generasi berikutnya (Next-Generation Firewall, NGFW).

Arsitektur ini, kata Edwin, penting untuk memperkuat keamanan modern dengan fungsi kontrol akses aplikasi, kesadaran identitas, dan perlindungan terhadap ancaman siber yang berkembang. Penerapan NGFW dengan solusi respons dan deteksi titik akhir yang canggih dapat meningkatkan keamanan dan mengurangi serangan.

 

Zero Trust Network Access

Selain itu, pendekatan Zero Trust Network Access (ZTNA) juga penting dalam mengevaluasi potensi ancaman dari semua pengguna jaringan secara proaktif. Akses ke sumber daya harus diverifikasi sebelum diberikan.

Edwin menilai bahwa organisasi perlu menyediakan jaringan berbasis keamanan komprehensif yang menjaga kelangsungan bisnis dan meningkatkan kinerja, terutama dalam era yang semakin mengadopsi model hibrida.

Solusi Secure SD-WAN dari Fortinet, kata Edwin, memadukan fungsi jaringan dan keamanan untuk melindungi aset bisnis dan menyederhanakan operasi.

Dengan manajemen terpusat, tim keamanan dapat menganalisis data lalu lintas jaringan, mendeteksi aktivitas yang mencurigakan, dan merespons secara otomatis. Keamanan data yang dikirim melalui cloud juga sangat penting untuk dilindungi oleh organisasi, terlepas dari lokasi dan perangkat yang digunakan oleh karyawan.

 

Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)

Beragam Model Kejahatan Siber
Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya