Studi: 80 Persen Aplikasi di Seluruh Dunia akan Mendukung AI dalam 3 Tahun Mendatang

AI dinilai mampu mempercepat inovasi, namun juga menghabiskan biaya sangat besar, menciptakan kompleksitas, serta meningkatkan risiko siber atau keamanan data.

oleh Iskandar Diperbarui 07 Mar 2025, 14:00 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2025, 14:00 WIB
Ilustrasi AI. Credit Gertruda Valaseviciute/Unsplash
Ilustrasi AI. Credit Gertruda Valaseviciute/Unsplash... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan keamanan multicloud, F5, menilai bahwa kecerdasan buatan (AI) mampu mempercepat inovasi, namun ada banyak tantangan yang harusi dihadapi organisasi maupun perusahaan.

"AI mempercepat inovasi, namun juga menghabiskan biaya sangat besar, menciptakan kompleksitas yang luar biasa, serta meningkatkan risiko siber (keamanan data) sehingga tim IT dan keamanan dihadapkan pada krisis," kata President dan CEO F5, François Locoh-Donou, melalui keterangan tertulisnya, Jumat (7/3/2025).

Laporan State of Application Strategy 2025 yang diterbitkan F5 mengungkapkan bahwa 96% organisasi telah menerapkan model-model AI. Dalam studi ini, F5 memperkirakan bahwa dalam tiga tahun ke depan, 80% dari seluruh aplikasi akan mendukung AI.

Meskipun AI sudah hadir, sebagian besar perusahaan mungkin belum sepenuhnya siap untuk menangani volume data yang besar, pola traffic yang kompleks, serta vektor serangan baru yang melekat pada aplikasi berbasis AI.

<p>Application Delivery and Security Platform. Credit: F5</p>

Untuk menghadapi tantangan tersebut F5 memperkenalkan Application Delivery and Security Platform, merupakan solusi Application Delivery Controller (ADC) yang diklaim paling lengkap untuk perusahaan yang menjalankan infrastruktur hybrid multicloud.

F5 Application Delivery and Security Platform menyatukan berbagai solusi yang sebelumnya berdiri sendiri untuk memenuhi kebutuhan kritis, seperti high-performance load balancing, multicloud networking, full web app dan API security, serta AI gateway capabilities.

"AI mendorong inovasi sekaligus membuka bisnis terhadap tingkat kompleksitas dan risiko yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Christopher Rodriguez, Research Director, Cybersecurity and Trust di IDC.

"Perpaduan kemampuan antara application delivery dan keamanan akan menjadi hal yang tak tergantikan bagi perusahaan yang berusaha tetap unggul dalam lanskap yang berkembang pesat ini," ia memungkaskan

Promosi 1

Bahaya di Balik AI: Ancaman Keamanan Data yang Tak Terlihat

AI tak bisa dipungkiri telah merevolusi berbagai sektor, namun di balik kemajuannya terdapat ancaman serius terhadap keamanan data.

Kemampuan AI memproses data dalam skala besar dan kompleks menciptakan celah keamanan baru yang perlu diwaspadai. Dari kebocoran data sensitif hingga serangan siber yang canggih, ancaman ini memerlukan strategi keamanan yang komprehensif.

Ancaman keamanan data AI tidak hanya terbatas pada serangan eksternal. Bias algoritma, yang muncul dari data pelatihan yang tidak representatif, dapat menghasilkan output yang diskriminatif dan tidak adil.

Hal ini menimbulkan masalah etika dan hukum yang perlu ditangani secara serius. Perlindungan data pribadi juga menjadi isu krusial, mengingat AI seringkali mengolah data sensitif individu.

Oleh karena itu, memahami risiko dan menerapkan langkah-langkah keamanan yang tepat menjadi sangat penting.

Perusahaan dan individu perlu menyadari kerentanan sistem AI dan proaktif dalam melindungi data mereka. 

Risiko Kebocoran Data dan Serangan Siber

Sistem AI yang tidak terlindungi dengan baik sangat rentan terhadap kebocoran data sensitif, seperti informasi pribadi, data keuangan, dan data kesehatan. Volume data besar yang diproses AI memperparah risiko ini. Bayangkan konsekuensi kebocoran data pelanggan sebuah bank yang menggunakan AI untuk analisis risiko kredit—kerugian finansial dan reputasi akan sangat besar.

Selain itu, sistem AI yang terhubung internet menjadi target empuk serangan siber. Peretas dapat mengeksploitasi kerentanan untuk mencuri data, merusak operasional, atau menyebarkan informasi palsu. Serangan ini bisa berupa data poisoning, adversarial attacks, atau pencurian data langsung.

Perusahaan perlu berinvestasi dalam sistem keamanan siber yang kuat untuk melindungi infrastruktur AI mereka.

Kompleksitas model AI juga menciptakan tantangan tersendiri. Mengidentifikasi dan memperbaiki celah keamanan dalam model AI seringkali sulit dan membutuhkan keahlian khusus.

Oleh karena itu, kolaborasi antara pakar keamanan siber dan pengembang AI sangat penting untuk memastikan keamanan sistem.

Mitigasi Bias Algoritma dan Perlindungan Privasi

AI yang dilatih dengan data bias dapat menghasilkan output yang diskriminatif. Ini menimbulkan masalah etika dan hukum yang serius.

Misalnya, sistem AI yang digunakan dalam perekrutan karyawan dapat secara tidak sengaja mendiskriminasi pelamar dari kelompok tertentu jika data pelatihannya bias terhadap kelompok tersebut.

Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan audit berkala terhadap algoritma AI untuk mendeteksi dan mengurangi bias.

Penggunaan data yang beragam dan representatif dalam pelatihan AI juga sangat penting. Transparansi dalam algoritma AI juga perlu ditingkatkan agar bias dapat diidentifikasi dan diperbaiki.

Perlindungan privasi data juga merupakan isu krusial dalam konteks AI. Pengumpulan dan penggunaan data pribadi dalam pelatihan dan operasional AI harus sesuai dengan regulasi dan prinsip-prinsip privasi data, seperti transparansi, akuntabilitas, dan persetujuan pengguna.

Penerapan teknik privasi yang canggih, seperti differential privacy, dapat membantu melindungi privasi data sambil tetap memungkinkan penggunaan data untuk pelatihan AI.

Langkah-langkah Keamanan Data AI yang Komprehensif

Untuk meningkatkan keamanan data AI, perusahaan perlu menerapkan berbagai langkah keamanan yang komprehensif. Ini termasuk:

  • Penerapan standar keamanan internasional, seperti ISO 27001.
  • Enkripsi data yang kuat untuk melindungi data sensitif.
  • Deteksi dan pencegahan ancaman secara real-time menggunakan AI.
  • Penggunaan AI yang transparan dan etis.
  • Pengawasan manusia (human-in-the-loop) dalam pengambilan keputusan AI.
  • Edukasi karyawan dan pelanggan tentang keamanan siber.
  • Implementasi otomasi yang bertahap.
  • Pengembangan model AI yang bertanggung jawab.
  • Memperkuat keamanan jaringan.
  • Kepatuhan terhadap regulasi keamanan data yang berlaku.

Keamanan data AI adalah proses yang berkelanjutan. Perusahaan harus terus beradaptasi dengan ancaman keamanan yang berkembang dan mengimplementasikan langkah-langkah keamanan yang komprehensif untuk melindungi data dan menjaga kepercayaan pelanggan.

Kegagalan dalam hal ini dapat berakibat fatal bagi reputasi dan keberlangsungan bisnis.

Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya