Twitter Luncurkan TweetDeck Versi Baru, Tapi Wajib Verifikasi Akun atau Bayar Kalau Mau Pakai

Twitter merilis TweetDeck versi baru. Namun dalam 30 hari, mereka mengharuskan pengguna yang mau memakainya untuk memiliki akun terverifikasi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 06 Jul 2023, 07:30 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2023, 07:30 WIB
Ilustrasi Twitter
Ilustrasi Twitter. Kredit: Photo Mix via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Perubahan dadakan Twitter beberapa hari belakangan, turut berpengaruh pada TweetDeck, di mana perusahaan meluncurkan versi baru dari layanan tersebut. Namun ternyata, versi ini mengharuskan pengguna untuk memiliki akun terverifikasi.

Sebagai informasi, Tweetdeck memungkinkan pengguna untuk melihat beberapa timeline dalam satu antarmuka yang sederhana, seperti dikutip dari pengertian di laman resmi Twitter.

TweetDeck menyediakan sejumlah fitur untuk membantu menggunakan Twitter lebih maksimal seperti mengelola beberapa akun sekaligus, menjadwalkan Tweet untuk diposting di masa mendatang, membangun koleksi Tweet, dan lain-lain.

Melalui akun Twitter Support @TwitterSupport, platform milik Elon Musk itu mengumumkan mereka telah merilis TweetDeck versi baru yang sudah ditingkatkan, di mana bisa diakses di tweetdeck.twitter.com, lalu pilih "Try the new Tweetdeck" di menu kiri bawah.

Mengutip pengumuman tersebut, Kamis (6/7/2023), Twitter juga menyebutkan bahwa "Dalam 30 hari, pengguna harus terverifikasi untuk mengakses TweetDeck."

Ini berarti, pengguna biasa nantinya harus berlangganan Twitter Blue untuk mendapatkan centang biru penanda verifikasi akun, atau melakukan verifikasi lewat jalur lain seperti melalui organisasi atau perusahaan.

Selain itu, nantinya semua pencarian, daftar, dan kolom yang tersimpan oleh pengguna akan dibawa ke TweetDeck baru. Pengguna pun akan diminta untuk mengimpor kolom saat memuat aplikasi untuk pertama kalinya.

TweetDeck yang baru juga akan mendukung fungsi composer secara penuh, Spaces, video docking, jajak pendapat, dan lainnya.

Twitter juga menyebut, fungsi Teams di TweetDeck untuk sementara tidak tersedia, dan akan dipulihkan dalam beberapa pekan mendatang.

Twitter Batasi Jumlah Cuitan yang Bisa Dilihat

Twitter/dok. Unsplash Claudio
Twitter/dok. Unsplash Claudio

Kabar soal TweetDeck sendiri menjadi bagian dari rangkaian perubahan Twitter, usai Elon Musk secara tiba-tiba mengubah kebijakan, dengan membatasi jumlah cuitan yang dapat dibaca oleh pengguna.

Lewat postingan di akun Twitter pribadinya, Elon Musk mengatakan, pengguna tak terverifikasi (atau tak berbayar) hanya bisa membaca 600 cuitan per hari, kemudian ditambah jadi 800 kicauan, lalu naik hingga 1.000.

Sedangkan pengguna baru tak terverifikasi, mereka hanya bisa membaca 300 cuitan, lalu ditambah menjadi 400.

Dilansir BBC, Minggu (2/7/2023), pengguna Twitter terverifikasi pun ikut dibatasi, di mana mereka hanya dapat membaca 6000 cuitan, kemudian ditambah menjadi 8000, dan bertambah lagi 10.000.

Dikutip dari cuitan di Twitter, Elon menyebut tindakan ini dilakukan karena besarnya jumlah data yang diambil (scraping) dari platform media sosial itu.

Dia juga menambahkan, batasan ini juga dibuat karena tingginya manipulasi sistem data di Twitter.

"Ini merupakan tindakan darurat sementara. Kami mendapati pengambilan data besar-besaran, sehingga menurunkan kualitas layanan untuk pengguna biasa," tulis Musk di Twitter.

 

Alasan Elon Musk Batasi Jumlah Tweet yang Bisa Dilihat

Elon Musk. (AP Photo/Susan Walsh, File)
Elon Musk. (AP Photo/Susan Walsh, File)

Sontak kebijakan baru Elon Musk ini menuai reaksi dari banyak pengguna Twitter, di mana mereka mengeluhkan linimasanya tidak bisa di refresh karena melewati batas.

Lebih lanjut, Elon juga mengaitkannya dengan perusahaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), yang menarik data dengan tujuan melatih model mereka.

"Hampir setiap perusahaan yang melakukan AI, mulai dari perusahaan rintisan hingga beberapa perusahaan terbesar di Bumi, mengorek sejumlah besar data," kata Elon Musk

"Agak menyakitkan harus membawa sejumlah besar server online dalam keadaan darurat hanya untuk memfasilitasi beberapa penilaian AI yang keterlaluan," imbuhnya.

Pihak perusahaan juga akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi terkait kebijakan pembatasan Tweet yang bisa dilihat pengguna, selama beberapa hari terakhir.

Melalui blog resmi Twitter Business, perusahaan mengatakan bahwa mereka harus mengambil tindakan ekstrem untuk menghapus spam dan bot dari platformnya, demi memastikan keaslian basis pengguna.

"Itulah mengapa kami membatasi penggunaan untuk sementara agar kami dapat mendeteksi dan menghilangkan bot dan aktor jahat lainnya yang merusak platform," tulis Twitter, dikutip Rabu (5/7/2023).

 

Cegah Aktor Jahat Menghindari Deteksi

Twitter
Ilustrasi Twitter (Foto: Pixabay)

Platform itu mengklaim, apabila mereka mengumumkan perubahan itu sebelum diterapkan, maka aktor jahat dapat mengubah perilaku mereka untuk menghindari deteksi.

Twitter juga mengatakan, di tingkat tinggi, mereka berusaha mencegah akun-akun ini dari mengumpulkan data Twitter publik pengguna untuk membuat model AI, serta memanipulasi orang dan percakapan di platform dengan berbagai cara.

"Saat ini, pembatasan memengaruhi sebagian kecil orang yang menggunakan platform, dan kami akan memberikan pembaruan saat pekerjaan selesai. Terkait dengan pelanggan kami, efek pada iklan sangat minim," kata mereka menambahkan.

"Kadang-kadang, bahkan untuk sesaat, Anda harus memperlambat untuk menjadi lebih cepat," pungkas perusahaan dalam pernyataan itu.

CEO Twitter Linda Yaccarino pun juga telah merilis pernyataan singkatnya, terkait kontroversi di platform tersebut, dengan tetap merujuk pada pernyataan resmi di atas.

"Saat Anda memiliki misi seperti Twitter -- Anda harus membuat pergerakan besar untuk tetap memperkuat platform ini. Pekerjaan ini berarti dan sedang berjalan," cuitnya lewat akun @lindayacc.

(Dio/Isk)

Cek Fakta Infografis pencurian data 3
Cek Fakta Infografis pencurian data 3
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya