Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa tahun terakhir, salah satu bagian penting dari seluruh acara Apple adalah menyoroti upaya perusahaan dalam mencapai target, menjadikan seluruh jajaran produknya netral karbon pada tahun 2030.
Dan tahun ini, Apple mengklaim telah mencapai sebagian dari pencapaiannya dengan membuat bagian dari Apple Watch Series 9 netral karbon.
Baca Juga
Namun, mengingat Apple selalu meluncurkan produk terbarunya setiap tahun, ini menjadi pertanyaan bagi beberapa orang terkait dengan adanya masalah perubahan iklim.
Advertisement
Mengutip HT Tech, Rabu (11/10/2023), CEO Apple Tim Cook, menjelaskan "Saya pikir memiliki iPhone setiap tahun bagi orang-orang adalah hal yang luar biasa. Dan yang kami lakukan adalah mengizinkan mereka untuk memperdagangkan ponsel mereka."
Ia mengungkapkan perusahaan menjual kembali produk Apple yang masih berfungsi. Dan apabila tidak berfungsi, mereka punya cara untuk membongkarnya dan mengambil bahannya untuk membuat iPhone baru.
CEO Apple juga harus menghadapi beberapa pertanyaan lain, seperti istilah 'netral karbon' yang rencananya akan dilarang oleh Uni Eropa dan masalah greenwashing.
Greenwashing adalah praktik yang mengaku sebagai entitas sadar lingkungan. Namun, mereka menyebarkan informasi palsu dan menyesatkan tentang label ramah lingkungan suatu produk atau perusahaan.
Mengenai netralitas karbon, Cook mengatakan bahwa dirinya mengundang siapa pun untuk melihat bagaimana perusahaan mendefinisikan netralitas karbon di situs web. Perusahaan bekerja keras untuk mengurangi jejak karbon secara drastis.
"Apapun yang tersisa setelah mengurangi jejak karbon, kami mengimbanginya dengan langkah berkualitas tinggi, seperti hutan dan padang rumput yang dikelola untuk menarik karbon dari atmosfer," ujar Tim Cook.
Pendapat Tim Cook Soal Greenwashing
Terkait dengan greenwashing, Tim Cook berpendapat bahwa itu sangatlah tercela. Ia membandingkan dengan upaya yang dilakukan oleh Apple.
"Kami melakukan semua hal dan mengatakan apa yang kami lakukan. Fakta bahwa terdapat 30 persen bahan daur ulang di Apple Watch adalah buktinya. Kami juga menurunkan transportasi udara secara drastis ke transportasi laut," ungkapnya.
Bahkan, CEO Apple ini juga menyoroti bagaimana dia menerapkan penurunan jejak karbon dalam kehidupan pribadinya. Ia berupaya untuk lebih sadar terhadap lingkungan.
Dia mengungkapkan dirinya merupakan pengguna mobil listrik. Tidak hanya itu, ia juga mengaku sedang mencoba untuk mengurangi plastik dan botol plastik.Â
Cook juga melakukan daur ulang dan membuat kompos. Semua itu ia lakukan sebagai bentuk upaya terbaiknya dalam mengurangi jejak karbon.
Advertisement
Apple Pakai Bahan Daur Ulang untuk iPhone 15 dan Watch Series 9
Apple menjadikan perangkat baru seri mereka, iPhone 15 serta Apple Watch Series 9 dan Ultra 2, sebagai bentuk dukungan terhadap upaya keberlanjutan lingkungan melawan perubahan iklim.
Seri iPhone 15 Pro dilirik karena menggunakan Titanium Grade 5 pertama di smartphone, dan chipset silikon A17 Pro 3nm.
Apple mengklaim chipset di iPhone 15 Pro membuat ponsel lebih bertenaga dibandingkan kebanyakan komputer desktop, namun tetap lebih hemat energi.
Bahan Titanium membuat ponsel ini lebih ringan dan lebih tahan lama, juga lebih mudah diperbaiki daripada seri sebelumnya karena memiliki struktur aluminium daur ulang di dalamnya.
Selain menggunakan USB Type-C untuk mengisi daya, iPhone 15 juga hadir dengan kobalt daur ulang pada baterainya dan juga bahan netral karbon lainnya.
Selain seri iPhone 15, Apple juga mengenalkan Watch Series 9 yang hadir dengan Apple Silicon S9 dengan daya tahan baterai selama 18 jam.Â
Sementara Apple Watch Ultra 2, chip S9 juga menjadi sumber tenaga jam tangan ini, serta menggunakan 95 persen titanium daur ulang dan juga netral karbon.
Langkah ini menunjukkan upaya Apple untuk menjadi netral karbon di seluruh bisnisnya pada tahun 2030.Â
Produksi Baterai EV yang Tidak Ramah Lingkungan
Sama seperti halnya smartphone, kebanyakan kendaraan listrik (EV) juga menggunakan baterai lithium-ion (Li-ion) yang ternyata menyumbang jejak karbon yang tinggi di langit bumi.
Padahal sebenarnya, EVÂ menawarkan sistem transportasi berkelanjutan guna menghadapi perubahan iklim. EV juga menggunakan alternatif energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan daripada mobil pembakaran bensin tradisional.
Namun faktanya, seperti yang diungkap EVBox, Selasa (12/9/2023), beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembuatan baterai EV dapat menghasilkan emisi karbon yang lebih tinggi dibandingkan dengan mobil bensin.
Hal ini disebabkan oleh sejumlah besar energi yang dibutuhkan untuk pengadaan bahan baku dan proses pembuatan baterai EV.
Sebagian besar konsumsi energi ini terkait dengan produksi baterai yang membutuhkan ekstraksi bahan langka dan sulit didapat seperti lithium, kobalt, dan mangan.
Nah, baterai mobil listrik merupakan komponen kompleks yang mengandung banyak rare earth elements (REE), seperti lithium, nikel, kobalt, dan grafit.
Sesuai namanya, bahan-bahan ini sulit ditemukan dan diekstrak, membutuhkan penambangan intensif dan bahkan beberapa proses polusi untuk memisahkannya dari tanah. Inilah sebabnya mengapa memproduksi baterai kendaraan listrik dapat menjadi tantangan bagi lingkungan.
Advertisement