Bos Google Wanti-Wanti Pengguna Bahaya HP Android Lakukan Praktik Sideloading

Sundar Pichai menuturkan Google telah melarang program sideloading di HP Android untuk melindungi pengguna dari virus yang bisa membahayakan keamanan mereka.

oleh Mustika Rani Hendriyanti diperbarui 25 Nov 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2023, 18:00 WIB
CEO Sundar Pichai
CEO Sundar Pichai ketika membawakan keynotes di Google I/O 2017. (Doc: Google HQ)

Liputan6.com, Jakarta - CEO Google Sundar Pichai mengungkapkan, Google telah memperingatkan pengguna untuk tidak melakukan sideloading di perangkat mereka. Kebijakan ini merupakan upaya perusahaan untuk melindungi pengguna dari virus dan segala hal yang membahayakan keamanan mereka.

Untuk diketahui, sideloading sendiri merupakan praktik tidak asing yang sudah lama dilakukan di Android sebagai sebagai platform open source. Praktik ini memungkinkan pengguna memasang aplikasi dari pihak ketiga atau dikenal dengan aplikasi APK Android

Namun seperti dikutip dari Gizmochina, Sabtu (25/11/2023), Google kini mulai mengingatkan pengguna untuk tidak melakukan hal tersebut. Keamanan pun menjadi alasan utama hal itu tidak dilakukan. 

Di sisi lain, Google juga telah meningkatkan fungsi Play Protect untuk memeriksa aplikasi Android yang berasal dari pihak ketiga. Karenanya, sejumlah pihak memprediksi ke depan Google akan memiliki kontrol lebih besar atas aplikasi yang dapat diunduh pengguna. 

Terlebih, meski disebutkan aplikasi yang berasal dari Google Play Store memberikan tingkat perlindungan tertinggi bagi pelanggan, studi keamanan Kaspersky baru-baru ini mencatat ada 600 juta unduhan aplikasi berbahaya yang dilakukan di toko aplikasi untuk platform Android tersebut. 

Di sisi lain, Apple telah lama menentang kemampuan melakukan sideload aplikasi. Sebab, mereka tidak bisa menjamin keamanan aplikasi yang berasal dari luar toko aplikasi mereka.

Apple Patuhi Aturan dengan Mengaktifkan Sideloading Apps di iPhone

Cek Daftar iPhone yang Kebagian iOS 17
Cek Daftar iPhone yang Kebagian iOS 17, Apa Saja? (Liputan6.com/ Agustinus Mario Damar)

Sebelumnya, dalam Worldwide Developer’s Conference 2023 (WWDC 2023) yang berlangsung pada 5-9 Juni 2023, WWDC 2023 mengungkap iOS 17.

Pada iOS 17, Apple menempatkan elemen untuk mengaktifkan sideloading apps di iPhone. Sideloading adalah proses meletakkan file (biasanya aplikasi) di perangkat dari sumber selain App Store.

Setiap tahun, acara WWDC bulan Juni menghadirkan pembaruan tahunan ke sistem operasi utama Apple. Perubahan pada iOS adalah yang paling banyak menjadi sorotan.

Namun kali ini, perubahan yang dilakukan Apple di iOS 17 lebih condong ke kepatuhan peraturan ketimbang memperkenalkan banyak fitur baru.

Apple sebelumnya melaporkan sedang mempersiapkan diri untuk perubahan undang-undang Uni Eropa, dan juga Undang-Undang Pasar Digital yang akan berlaku pada tahun 2024.

Tindakan ini pada dasarnya memaksa Apple untuk mengizinkan toko aplikasi pihak ketiga. Lewat iOS 17, Apple bersiap untuk mematuhinya.

Google Siapkan UI Baru Play Store untuk Tingkatkan Keamanan Pengguna Android

Google Play Store
Google Play Store. (Istimewa)

Selama ini, ponsel Android memberikan keleluasaan bagi pengguna untuk mengunduh aplikasi di luar Play Store. Namun, kebebasan ini juga membawa risiko serangan malware dan ancaman keamanan. 

Google merespons dengan melakukan pembaruan pada Google Play, tidak hanya untuk meningkatkan keamanan perangkat, tetapi juga untuk mengubah antarmuka pengguna (UI) Play Store.

Berdasarkan informasi yang ditemukan oleh pembongkar kode AssembleDebug di saluran Telegram GApps Flags & Leaks, Google sedang mengembangkan UI baru untuk Play Store. 

Diwartakan Android Police, dikutip Sabtu (18/11/2023), perubahan ini berfokus pada verifikasi identitas dan metode pembayaran pengguna saat mengunduh aplikasi. 

Pengguna akan diminta untuk mengatur pengaturan ini, mengurangi kemungkinan pengunduhan tidak sengaja aplikasi berbayar atau berpotensi mengandung malware.

Meskipun UI baru ini masih dalam tahap pengujian dan belum ada tanggal peluncuran resmi, langkah-langkah keamanan lainnya telah diimplementasikan. 

Google Play Protect, misalnya, sedang diperbarui untuk melindungi perangkat dari malware dengan melakukan pemindaian APK secara real-time. Pengguna juga dapat mengaktifkan Safe Browsing Android, sebuah fitur yang memberi peringatan tentang ancaman saat menjelajahi web.

Saat ini, tidak ada jadwal pasti untuk peluncuran UI baru Play Store, namun, pengguna dapat mengambil langkah-langkah pencegahan. Di pengaturan Play Store, pastikan bahwa semua pembelian memerlukan autentikasi. 

Versi terbaru Google Play Protect juga dapat memindai aplikasi di perangkat secara berkala. Dengan upaya ini, Google berusaha membuat pengaturan keamanan lebih mudah diakses, memungkinkan pengguna Android untuk melindungi data dan perangkat mereka dengan lebih baik.

Google Play Protect Perkuat Keamanan Real-Time

Google Play Protect
Google Play Protect. (Foto: Google)

Sebelumnya, Google mengumumkan pembaruan Play Protect dengan dukungan pemindaian real-time code-level untuk mencegah aplikasi baru berbahaya diunduh dan dipasang di perangkat Android.

"Google Play Protect sekarang akan merekomendasikan pemindaian aplikasi secara real-time ketika menginstal aplikasi yang belum pernah dipindai sebelumnya, untuk membantu mendeteksi ancaman yang muncul," ujar Google, dikutip The Hacker News, Selasa (24/10/2023).

Google Play Protect adalah layanan pendeteksi malware bawaan Android untuk mencari aplikasi yang berpotensi berbahaya, serta dapat mencegahnya dipasang di perangkat Android. Sistem ini mampu mendeteksi aplikasi yang berasal dari Play Store maupun sumber lainnya.

Dengan perlindungan terbaru ini, sinyal khusus dari aplikasi akan dievalusi Play Protect di tingkat pengkodean secara real-time. Metode ini dilakukan guna menentukan apakah aplikasi Android tersebut aman untuk diinstal atau bersifat berbahaya.

"Peningkatan ini akan membantu melindungi pengguna dengan lebih baik dari aplikasi polimorfik berbahaya yang memanfaatkan berbagai metode, seperti AI, untuk diubah agar tidak terdeteksi," kata Google, seraya menambahkan bahwa fitur ini diluncurkan di negara-negara tertentu, dimulai dari India.

Peningkatan keamanan ini dilakukan karena para pembuat aplikasi nakal terus menemukan berbagai cara untuk menyebarkan malware di Android. Sering kali, hal ini ditemukan melalui tautan ke aplikasi palsu atau file APK yang dikirim di aplikasi chatting.

Infografis Akhir Riwayat Ponsel Black Market di Indonesia

Infografis Akhir Riwayat Ponsel Black Market di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Akhir Riwayat Ponsel Black Market di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya