Â
Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Tiongkok mengklaim sebuah perusahaan di Beijing bisa membobol teknologi enkripsi milik AirDrop milik Apple. Kemampuan ini diyakini mampu membuat polisi dapat melacak para pembangkang yang memakai layanan berbagi file untuk menyebarkan pesan-pesan antipemerintah.
Baca Juga
Mengutip Business Insider, Kamis (11/1/2024), perusahaan asal Tiongkok itu bernama Wangshendongjian Technology. Menurut Biro Kehakiman Tiongkok, perusahaan ini mampu mengidentifikasi si pengguna AirDrop dengan meretas log perangkat yang terenkripsi.
Advertisement
Biro Kehakiman Tiongkok juga menyebut, informasi itu dapat dipakai oleh polisi melacak orang yang pakai AirDrop untuk mengirimkan file yang dianggap sebagai "ucapan tak pantas."
Bukan hanya itu, informasi hasil membobol AirDrop juga dapat dipakai untuk menyelidiki penggunaan aplikasi untuk tujuan jahat. Misalnya, mengirimkan gambar, video, audio ilegal, serta mengirimkan dan menyebarkan informasi buruk secara ilegal di tempat umum.
Menurut keterangan, polisi juga bisa menghubungkan data di ponsel yang mengirimkan data dengan nomor telepon dan data lain dari perangkat milik pengirim.
Pihak Business Insider telah menghubungi Apple untuk meminta tanggapan tentang kemungkinan sistem enkripsi di AirDrop dapat dibobol. Namun belum ada tanggapan atas hal ini.
Â
Tentang AirDrop
Asal tahu saja, AirDrop merupakan tool yang memungkinkan perangkat Apple, termasuk iPhone hingga Mac untuk membagikan informasi dan gambar secara nirkabel ke perangkat Apple yang ada di sekitarnya.
Biro keamanan Tiongkok tak menyebutkan secara spesifik pesan-pesan apa yang diinvestigasi oleh mereka. Namun, CNN melaporkan, AirDrop kadang dipakai untuk mengirimkan pesan spam kepada orang asing (tak dikenal) di kereta bawah tanah Beijing. AirDrop juga kerap dipakai oleh pembelot dan protester.
Â
Advertisement
Ternyata AirDrop Dipakai Sebar Data Buat Protes di Tiongkok
Masih dari laporan yang sama, sebelumnya protester di Hong Kong juga memakai AirDrop untuk mengirim informasi kritis terkait pemerintah kepada orang asing, secara anonim.
Vice sebelumnya juga melaporkan, tool ini dipakai untuk mengirimkan informasi pada 2022, ketika terjadinya protes di mainland Tiongkok menentang kebijakan tentang Covid-19 yang dikeluarkan pemerintah dan presiden Tiongkok Xi Jinping.
Sementara itu, demi mematuhi oleh peraturan yang dikeluarkan Tiongkok, pada 2022 Apple memperkenalkan fitur baru yang membatasi penggunaan perangkat di Tiongkok dalam menerima file atau informasi melalui AirDrop, terutama jika itu berasal dari orang yang tidak ada di daftar kontak pengguna.
Nasib iPhone di Tiongkok
Sementara itu, Tiongkok disebut melarang pejabat dan pegawai pemerintahan untuk menggunakan iPhone dan perangkat-perangkat merek luar negeri, dengan alasan masalah keamanan.
Laporan dari The Wall Street Journal menyebut, pegawai negeri juga tidak boleh memakai perangkat ini untuk bekerja, atau membawanya ke dalam gedung kantor.
Kabarnya ini merupakan perluasan dari kebijakan Beijing. yang sudah lama ada, yang bertujuan mengurangi ketergantungan pada teknologi asing di tengah ancaman keamanan siber dari luar negeri.
Mengutip 9to5mac, Jumat (8/9/2023), iPhone Apple menguasai penjualan smartphone kelas atas di Tiongkok, sebagian karena Huawei sulit menggarap HP 5G yang dapat bersaing, karena sanksi Amerika Serikat.
Pemberlakuan larangan terhadap penggunaan perangkat Apple di lingkungan pemerintahan pun berpotensi berdampak pada daya tarik merek perusahaan tersebut di Tiongkok.
Selain itu, hal ini juga menimbulkan rumor tentang kemungkinan adanya mata-mata atau interfensi, dan mungkin mengurangi penjualan pelanggan.
Laporan lain dari Bloomberg juga menyebut, ini baru langkah awal Tiongkok, yang kabarnya punya rencana untuk memperluas pelarangan pemakaian HP iPhone dan perangkat dari luar negeri tersebut.
Bloomberg melaporkan bahwa Tiongkok berencana untuk memperluas larangan terhadap iPhone ke berbagai "perusahaan milik negara dan organisasi lain yang dikendalikan pemerintah."
Disebutkan, langkah ini adalah upaya lebih Tiongkok untuk "menghilangkan pemakaian teknologi asing di lingkungan sensitif" dan "mengurangi ketergantungannya pada perangkat lunak dan sirkuit Amerika."
Advertisement