Liputan6.com, Vatikan City - Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin Paskah, 21 April 2025. Ia mengembuskan napas terakhirnya pada usia 88 tahun di kediamannya di Casa Santa Marta, Vatikan. Demikian dikutip dari BBC.
Setelah Paus Fransiskus meninggal, sejumlah kenangan akan dirinya semasa hidup pun dikenang. Muncul kisah bersejarah yang diraihnya selama menjadi pemimpin umat Katolik dunia. Salah satunya adalah menjadi Paus pertama yang mengunjungi Jazirah Arab.
Baca Juga
Kala itu, Minggu 3 Februari 2019 menjelang tengah malam, Paus Fransiskus melakukan kunjungan bersejarah ke Uni Emirat Arab. Untuk pertama kalinya seorang Paus Katolik berada di Jazirah Arab.
Advertisement
Melansir situs BBC saat itu, Paus Fransiskus dikabarkan mendarat di Abu Dhabi, dan langsung disambut oleh Putra Mahkota Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan.
Paus Fransiskus sejatinya akan mengambil bagian dalam konferensi antaragama, dan mengadakan Misa.
Beberapa waktu sebelum datang berkunjung, Paus Fransiskus menyatakan keprihatinan tentang perang di Yaman, di mana Uni Arab Emirat terlibat di dalamnya.
"Populasi (di Yaman) kelelahan akibat konflik yang panjang dan banyak anak-anak menderita kelaparan, tetapi tidak dapat mengakses depot makanan," kata Paus.
"Tangisan anak-anak ini dan orang tua mereka didengar oleh Tuhan," lanjutnya.
Tidak jelas apakah Paus Fransiskus berencana untuk mengangkat masalah ini di depan umum atau secara pribadi saat mengunjungi Uni Emirat Arab.
Pemerintah Abu Dhabi sendiri mengerahkan pasukan di Yaman, sebagai bagian dari koalisi yang dipimpin Arab Saudi.
Ada pemandangan unik saat kunjungan Paus Fransiskus ke Abu Dhabi. Seorang anak perempuan tiba-tiba saja berlari menembus barikade dan petugas keamanan lalu menuju kendaraan yang ditumpangi pemimpin umat Katolik dunia tersebut.
Seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis 7 Februari 2019, Paus Fransiskus kemudian memberkati gadis kecil Kolombia itu dalam insiden yang terjadi pada Senin 4 Februari sore. Tak lama sebelum Paus dijadwalkan untuk misa bagi 170.000 orang di Stadion Zayed Sports City.
 Malamnya, ketika Paus Fransiskus naik pesawat untuk terbang kembali ke Vatikan, ia memuji keberanian bocah yang diketahui bernama Gabriela.
"Anak ini punya masa depan bagus!" Paus memberi tahu wartawan selama penerbangan.
"Aku suka itu. Anda harus berani melakukan itu."
Meskipun diseret kembali oleh keamanan di acara tersebut, Paus dengan cepat memberi isyarat agar pengemudi kendaraan yang ditumpanginya berhenti sehingga dia bisa berbicara dengan gadis itu.
Salah satu penjaga kemudian mengangkat bocah itu agar Paus Fransiskus bisa memberkatinya.
The Gulf News melaporkan bahwa ibu bocah itu, yang tinggal bersamanya di kota Dubai yang berdekatan, mengatakan bahwa Gabriela ingin Paus Fransikus membaca kartu yang telah diberikan kepadanya.
Paus Fransiskus yang kala itu berusia 82 tahun, memimpin kebaktian di sebuah tempat olahraga pagi ini di mana kerumunan besar mengibarkan bendera dan spanduk Vatikan dan sebuah altar dengan salib besar didirikan untuk Misa. Ibadah itu adalah pusat kunjungan kepausan pertama ke Semenanjung Arab, tempat kelahiran Islam, di negara di mana ibadah umat Kristiani ini biasanya hanya diperbolehkan di dalam gereja.
Bertemu Paus Fransiskus, Ulama Arab Serukan Kerukunan Umat Beragama di Timur Tengah
Para pimpinan tertinggi Islam Sunni mendesak umat muslim Timur Tengah untuk "merangkul" orang-orang kristiani setempat.
Sheikh Ahmed al-Tayeb, imam besar al-Azhar di Mesir, mengatakan dalam pertemuan antaragama di Abu Dhabi yang dihadiri oleh Paus Fransiskus, bahwa umat kristiani adalah "sahabat kami".
Dia juga meminta umat Islam di Barat untuk berintegrasi ke dalam komunitas mereka sambil mempertahankan identitas mereka, demikian sebagaimana dikutip dari BBC pada Selasa 5 Februari 2019.
Dalam pidatonya kala itu, Paus Fransiskus menyerukan penghentian perang di Timur Tengah.
Kepala Gereja Katolik Roma, yang melakukan kunjungan resmi pertamanya ke semenanjung Arab, mengatakan "konsekuensi yang ditakdirkan" dari kekerasan dapat dilihat di Yaman, Suriah, Irak dan Libya.
Uni Emirat Arab adalah bagian dari koalisi yang dipimpin Arab Saudi, yang intervensi dalam konflik di Yaman ikut memicu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Syekh Ahmed dan Paus Fransiskus berbicara di depan sekelompok perwakilan agama di Komplek Memorial Pendiri Abu Dhabi pada Senin malam, setelah sebelumnya menandatangani "Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama".
Dokumen itu menyerukan para pemimpin dunia untuk bekerja bersama dalam "menyebarkan budaya toleransi", dan "mengintervensi pada kesempatan paling awal untuk menghentikan penumpahan darah tak berdosa, serta mengakhiri perang, konflik, kerusakan lingkungan, kemunduran moral dan budaya dunia saat ini".
Selain itu, dokumen terkait juga mencakup kecaman keras terhadap mereka yang menggunakan nama Tuhan untuk membenarkan kekerasan.
"Tuhan, Yang Maha Kuasa, tidak perlu dibela oleh siapa pun dan tidak ingin nama-Nya digunakan untuk meneror orang," kata Paus.
Advertisement
