Sambil Menunggu Berbuka, Santri di Bantul Menari Jalaludin Rumi

Tarian memutar tubuh ini diyakini kaum Sufi sebagai jalan untuk mendekatkan diri pada Illahi.

oleh Liputan6 diperbarui 09 Jul 2015, 07:18 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2015, 07:18 WIB
20150709-TariSufi-Bantul
Tarian memutar tubuh ini diyakini kaum Sufi sebagai jalan untuk mendekatkan diri pada Illahi.

Liputan6.com, Bantul - Bagi yang tak terbiasa memutar tubuh terus-menerus bisa jadi akan membuat kepala sakit lalu ambruk. Tapi bagi para santri Pondok Pesantren Maulana Rumi di Timbulharjo Sewon, Bantul, Yogyakarta, menari Sufi, ciptaan Jalaludin Rumi ini adalah sebuah kenikmatan beribadah.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Kamis  (9/7/2015), berputar dan terus berputar menjadi simbol titik setral alam semesta. Tarian ini juga menjadi hiburan, sekaligus penempa keimanan di sela menuntut ilmu agama.

Lewat tarian kaum Sufi atau yang dikenal juga sebagai whirling dervish ini, para santri berharap kecintaan dan ketakwaan mereka kepada Allah kian meningkat.

Diiringi musik rebana, tarian yang dikenal juga sebagai sema ini juga dilakukan para santri belia. Di saat yang lain menari, santri lain pun sibuk menyiapkan menu berbuka di dapur pesantren.

Lazimnya para santri menggelar tarian Jalaludin Rumi pada malam hari. Pada bulan puasa mereka memilih sore hari sambil menunggu waktu berbuka. (Dan/Ali)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya