Barometer Pekan Ini: Duka Membelah Langit Papua

Seluruh penumpang Pesawat Trigana Air yang jatuh di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua dinyatakan tewas.

oleh Liputan6 diperbarui 22 Agu 2015, 20:25 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2015, 20:25 WIB
20150822-Barometer Pekan Ini- Trigana Air
(Liputan 6 TV)

Liputan6.com, Papua - Kekhawatiran itu akhirnya terjawab dan penantian keluarga berakhir tragis. Seluruh penumpang Pesawat Trigana Air yang jatuh di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua dinyatakan tewas.

Seperti dalam tayangan Barometer Pekan Ini, yang ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (22/8/2015), puing-puing pesawat dengan nomor registrasi PKY RN ini ditemukan di dekat air terjun Oksop, Distrik Okbape, Pegunungan Bintang, Senin 17 Agustus lalu.

Sehari sebelumnya, tepat sehari jelang peringatan HUT ke-70 RI, pesawat jenis ATR 42 milik maskapai Trigana Air dilaporkan hilang kontak dalam penerbangan dari Bandara Sentani Jayapura menuju Oksibil. Pesawat yang mengangkut 49 penumpang dan 5 awak pesawat ini hancur setelah menabrak gunung.

Proses mengevakuasi korban sangat sulit. Hal ini membuat Tim SAR harus melalui jalan darat  selama 5 jam. Satu persatu jenazah korban kemudian diangkut menuju Lanud Jayapura untuk proses identifikasi oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI).

Tiga jenazah pertama yang selesai diidentifikasi langsung diserahkan kepada keluarga. Ketiganya adalah pramugari Dita Amelia Kurniawan serta 2 penumpang, yaitu Agustinus Luarmase dan Asirun.

Untuk mengungkapkan penyebab kecelakaan pun tak kalah sulit. Sehari setelah lokasi pesawat jatuh, bagian dari kotak hitam pesawat Voice Cockpit Recorder (VCR) ditemukan. Rekaman percakapan dalam kokpit lalu diserahkan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk diteliti.

Kamis 20 Agustus lalu giliran instrumen penting lainnya, yakni Flight Data Recoder (FDR) ditemukan. Instrumen ini berisi data perjalanan pesawat, yang diharapkan bisa menguak penyebab pasti kecelakaan.

Setelah berjibaku selama 5 hari, misi pencarian korban Pesawat Trigana Air resmi dihentikan."Bekerja dengan cepat supaya semuanya tuntas dan keluarga puas. Kita tuntas melakukan tugas dari awal sampai akhir. 5 hari kita melakukan operasi pencarian dan evakuasi," kata Kepala Basarnas Marsekal Madya Bambang Soelistyo.

Banyaknya kasus kecelakaan penerbangan di bumi Papua sudah seharusnya mendapat perhatian serius pemerintah. Membangun infrastruktur penerbangan yang memadai sudah tidak bisa ditawar lagi. (Mar/Ado)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya