Liputan6.com, Kendeng - Pegunungan Kendeng menyimpan cadangan kapur cukup melimpah. Balai Energi dan Sumber Daya Mineral wilayaKendeng Muria mencatat hampir 10.000 juta ton batu kapur tersimpan di pegunungan ini. Melimpahnya cadangan Kapur menggiring PT Semen Indonesia berekspansi untuk mendirikan pabrik semen di kawasan Pegunungan Kendeng.
Tahun 2014 proyek ini dimulai. Pendirian pabrik semen yang menelan biaya Rp 5 Triliun ini melahirkan reaksi keras dari warga Tegal Bowo, Kecamatan Gunem, Jawa Tengah tempat rencana eksploitasi batu kapur ini. Sejak itu aksi demonstrasi bergulir dan sulit dicegah.
Warga bergerak dan memblokir akses masuk PT Semen Indonesia. Warga juga mendirikan tenda-tenda perjuangan yang mengatasnamakan peduli kelestarian Pegunungan Kendeng. Namun aksi ini mendapat balasan dari pihak-pihak tak dikenal. Pagar blokade dan tenda-tenda dirusak serta dibakar pada malam harinya.
Advertisement
Aksi penolakan berdirinya Pabrik Semen Indonesia di Pegunungan Kendeng dimotori para petani yang takut kehilangan mata pencaharian jika alam Kendeng rusak akibat eksploitasi besar-besaran ini.
Sejak dikeluarkan izin pabrik pada 2011 lalu, aksi penolakan warga meluas hingga ke Istana Merdeka, Jakarta. Aksi ini bukan tanpa alasan. Warga mulai murka dan melakukan aksi pasung kaki dengan semen atas putusan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang dinilai salah menafsirkan putusan Mahkamah Agung.
Aksi semen kaki yang sudah berlarut-larut ini menimbulkan korban jiwa. Patmi perempuan asal Kendeng menghembuskan nafas terakhirnya saat memperjuangkan penolakan pabrik semen dengan mengecor kakinya.
Meski korban sudah berjatuhan, perjuangan warga tidak berhenti. Sebagian warga terus menyuarakan sikap yang kontra terhadap pemerintah
Bagaimana kelanjutan nasib warga di Pegunungan Kendeng dan kelangsungan Pabrik Semen Indonesia ? Saksikan video selengkapnya dalam Sigi SCTV, Minggu (2/4/2017), berikut ini.