Ukraina di Ambang Perang, Harga Daging AS Melonjak

Konflik politik di Ukraina memicu lonjakan harga pangan termasuk harga daging dalam pekan ini.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 06 Mar 2014, 12:58 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2014, 12:58 WIB
Daging Sapi
(Foto:CNBC)

Liputan6.com, Jakarta Harga jagung dan gandum terus meningkat dalam sepekan terakhir karena sejumlah faktor khususnya krisis yang terjadi di Ukraina. Konflik politik yang pecah di Ukraina memicu para pedagang menaikkan harga dua komoditas yang paling banyak diekspor Ukraina tersebut.

Seperti dikutip dari CNBC, Kamis (6/3/2014), ricuh politik di sana sekaligus menjadi kabar buruk bagi para konsumen di Amerika Serikat (AS), karena harga-harga pangan dipastikan segera melonjak mengikuti nilai jual kenaikan gandum dan jagung.

Selama ini, harga daging sangat sensitif menghadapi perubahan harga gandum dan akan dengan cepat merangkak naik.
Tentu saja, para produsen dan konsumen daging dapat langsung merasakan dampaknya. Harga jagung di Ukraina tercatat mencapai level tertingginya dalam enam minggu terakhir.

Sementara harga gandum yang menurun tipis masih berada di kisaran level tertingginya dalam tiga bulan terakhir.
Ukraina selama ini dikenal sebagai eksportir gandum terbesar keenam di dunia. Selain itu, negara tersebut juga berperan sebagai eksportir jagung keempat terbesar di dunia.

Sejauh ini, pengiriman dua komoditas pangan itu memang belum terganggu. Akan tetapi ketegangan yang meningkat dalam waktu dekat dapat menggoyahkan perdagangannya.

"Ukraina merupakan eksportir besar dan Rusia-Ukraina merupakan salah satu dari kawasan pengekspor besar di dunia. Saat salah satu dari kawasan tersebut mengalami ketegangan politik serta mengganggu perdagangan asing, negara lain akan merasakannya," ungkap analis makanan dan minuman global Janney Montgomery Scott, Jonathan Feeney.

Jika kondisi yang sama terus berlanjut, Feeney memprediksi harga pangan dapat meningkat dalam enam bulan ke depan.

"Tentu Anda akan mulai melihat gejalanya dalam dua sampai tiga bilang ke depan. Saya rasa perusahaan makanan masih belum siap menghadapinya. Harga barang-barang lain juga akan meningkat, jadi tunggu saja," ujar Janney.

Berbicara soal daging, dia mengatakan para konsumen harus mulai memikirkan cara menghadapi kenaikannya.

"Anda tentu ingin melihat daging yang segar. Tapi memang harga daging sudah tinggi, jadi ini tergantung bagaimana konsumen memandangnya. Para pengolah dan penual makanan akan melihat harganya terus naik," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya