ESDM: Rakyat RI Dimanjakan BBM Murah

Tidak mudah mengubah paradigma masyarakat yang sudah terbiasa memakai BBM untuk beralih ke BBG

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 22 Mar 2014, 14:50 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2014, 14:50 WIB
SPBG
(Foto:Antara)

Liputan6.com, Jakarta Langkah pemerintah untuk menjalankan konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) hingga kini masih belum kelihatan hasilnya. Kebijakan ini sulit direalisasikan karena rakyat Indonesia sangat dimanjakan oleh murahnya harga BBM subsidi.

"Faktanya selama ini kita dimanjakan BBM murah. Tidak mudah mengubah paradigma masyarakat yang sudah enjoy dengan BBM untuk beralih ke BBG." kata Juru Bicara Kementerian ESDM Saleh Abdurrahman dalam diskusi bertemakan  'Siapa Peduli Energi?' di Hotel Sahid, Jakarta, Sabtu (22/3/2014).

Murahnya harga BBM membuat energi alternatif lainnya seperti gas dan energi baru terbarukan menjadi sulit berkembang. Harga jual BBG saat ini sebesar Rp 4.100 per liter setara minyak juga membuat investor enggan berinvestasi di proyek stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG).

Masalah pasokan dan infrastruktur gas juga menjadi kendala. Pasalnya, sumber gas berada di luar Jawa sehingga membutuhkan infrastruktur untuk menyalurkan gas ke konsumen.

Ketua DPP PDIP Effendi Simbolon menilai kebijakan pemerintah untuk mengkonversi BBM ke BBG masih jalan di tempat. SPBG hanya dibangun di Jakarta dan belum tersebar di kota-kota besar lainnya.

Bahkan Effendi menuding lambatnya program konversi BBM ke gas karena adanya mafia minyak. "Tidak mau beralih ke gas itu karena da madunya dong di sana," katanya.

 

 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya