Presiden Baru Harus Bisa Tekan Ongkos Angkutan Umum

Pemerintah baru nantinya diharapkan dapat menurunkan beban biaya transportasi di Indonesia.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 25 Mar 2014, 17:50 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2014, 17:50 WIB
2galeri-kereta-130627a.jpg
Mimpi untuk melihat meluncurnya moda transportasi massal seperti mass rapid transit (MRT) dan monorel di Jakarta akan segera terwujud. Usai pembangunan MRT di dua rute green and blue line kini direstui.(Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Bank Dunia dalam laporannya beberapa waktu lalu menantang pemerintah baru nantinya untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi menjadi Rp 8.500 per liter.

Tak hanya BBM, salah satu Pengamat Perkotaan asal Universitas Trisakti, Yayat Supriyat juga menantang presiden baru dapat menurunkan beban biaya transportasi di Indonesia.

"Ingatlah pemerintah Singapura, mereka janji menurunkan tingkat beban transportasi dengan subsidi. Kita tunggu presiden baru nanti," katanya dalam Media Gathering Kementerian PU di Hotel Atlet Century, Jakarta, Selasa (25/3/2014).

Saat ini beban biaya transportasi dalam kehidupan masyarakat menempati urutan kedua dengan besaran beban mencapai 19,15% dari total penghasilan.

Sementara untuk beban paling banyak adalah dari segi biaya rumah, biaya listrik, telepon dan sejenisnya dengan angka 25,3%. Sedangkan untuk beban bahan makanan menempati urutan ketiga dengan besaran 18,85%.

"Bagaimana kualitas penduduk kita ini mau kompetisi dengan negara lain kalau biaya transportasi tidak bisa ditekan," tegasnya.

Yayat juga menyampaikan biaya hidup seluruh wilayah Indonesia paling tinggi adalah di DKI Jakarta dengan rata-rata biaya hidup untuk satu keluarga (bapak, ibu, dan dua anak) mencapai Rp 7,5 juta per bulan.

Untuk biaya hidup paling rendah terletak di Banyuwangi dengan rata-rata biaya hidup satu keluarga hanya Rp 5,5 juta."Kemarin dengan kenaikan UMP Rp 2,2 juta, para pelaku industri sudah berncana mau relokasi, gimana mau meningkatkan kualitas hidup masyarakat kita," pungkas Yayat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya