Nike Dikecam Gara-gara Kasih Upah Rendah ke Buruh RI

Nike menjual kaos seharga Rp 1,7 juta, tapi hanya menggaji buruh pabrik di Indonesia Rp 5.600 per jam

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 10 Apr 2014, 16:54 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2014, 16:54 WIB
Nike
(Foto: Action SumOfUs)

Liputan6.com, London Produsen perlengkapan dan aksesoris olahraga multinasional, Nike Inc ternyata menyimpan luka di balik produk-produknya yang bernilai tinggi. Baru-baru ini, Nike dituntut karena tidak memberikan gaji yang layak bagi para buruh pabriknya di Indonesia.

Seperti dikutip dari Digital Journal, Kamis (10/4/2014), lembaga anti kemiskinan global SumOfUs mengirimkan petisi pada perusahaan raksasa tersebut karena telah mengeksploitasi para buruh pabriknya.

Nike dikecam karena menjual kaos tim olahraga Inggris seharga US$ 150 atau Rp 1,7 juta, tapi hanya menggaji buruh pabrik di Indonesia dengan bayaran 50 cent atau Rp 5.600 per jam untuk memproduksi kaos tersebut.

"Tim Inggris dan para fans-nya, sebaiknya tidak ikut terlibat dalam eksploitasi buruh di Indonesia dengan ikut membeli kaos mahal tersebut," ungkap para penggiat SumOfUs seperti tertulis dalam keterangannya.

Lembaga tersebut mengungkapkan, membeli kaos itu berarti ikut mendukung praktik ketidakadilan pada para buruh. Tak hanya itu, keuntungan Nike yang super besar juga menjadi isu yang diangkat dalam memperjuangkan hak buruh pabrik di Indonesia.

Sejauh ini, laba Nike tercatat mencapai 15,6 miliar pound sterling atau Rp 297,4 triliun. Sementara CEO Nike menerima kucuran upah tinggi sebesar 9,2 miliar pound sterling atau Rp 175,4 triliun.

Ironisnya, keringat buruh yang bekerja membuat produk-produk mahal Nike di Indonesia hanya diganjar dengan upah rendah yaitu Rp 5.600 per jam.

Tak heran, lembaga peduli tenaga kerja berupah rendah itu langsung mengecam aksi Nike dan meminta perusahaan olahraga tersebut memberikan upah yang lebih layak.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya