Nike Vs Reebok, Pertempuran Bisnis Olahraga Lebih dari 30 Tahun

Pertempuran bisnis antara Reebok dan Nike telah berlangsung selama lebih dari tiga puluh tahun dan tak kunjung usai

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 11 Jun 2014, 21:30 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2014, 21:30 WIB
Nike VS Rebook
(Foto: The Richest)

Liputan6.com, New York - Pertempuran bisnis antara Reebok dan Nike telah berlangsung selama lebih dari tiga puluh tahun dan tak kunjung usai. Pertarungan dua merek perlengkapan dan paralatan olahraga itu mulai terjadi sejak awal 1980-an.

Nike merupakan perusahaan sepatu lari yang didirikan Phil Knight, seorang mantan akuntan yang memilih terjun ke dunia bisnis. Sementara itu, Reebook merupakan merek sepatu asal Inggris yang didirikan pada 1895 dengan nama J.W Foster & Sons.

Salah satu perbedaan yang paling kentara antara dua merek tersebut terletak pada pelanggan dan peminatnya. Nike fokus pada para pecinta olahraga pria, sementara Reebok fokus pada pelanggan wanita dan pria.

Perang mulai terasa semakin memanas pada 1987 saat Reebok berhasil mengungguli Nike. Sejak itu, kedua perusahaan semakin gencar mempromosikan produknya termasuk menyewa atlet ternama seperti Michael Jordan.

Bagaimana perang merek antar keduanya berlangsung dan mana yang lebih unggul? Berikut ulasannya seperti dikutip dari The Richest, Fortune, dan StudyMode, Rabu (11/6/2014):

Pangsa pasar Reebok vs Nike

Nike VS Rebook 2
(Foto: totalprosport.com)

Pangsa pasar Reebok vs Nike

Reebok, yang kemudian menjadi anak usaha Adidas, tidak memiliki perbedaan yang terlalu signifikan dengan Nike mengenai berbagai produknya. Reebook tercatat selalu dilibatkan dalam proses desain hingga pemasaran sepati atletik dan non atletik.

Meski demikian, hingga 2008, pangsa pasar Reebok masih tertinggal di bawah Nike. Reebook menguasai 11,2 persen industri perlengkapan olahraga sementara Nike mencatatkan pangsa pasar yang lebih besar, 15,5 persen.

Kedudukan finansial Reebok juga tercatat terus merosot setiap tahun sejak akhir 1980-an. Bahkan dalam empat tahun sejak 2004, dividen Reebok merosot hingga 80 persen.

Penjualan bersih Reebok juga menurun 9 persen selama tiga kuartal pertama pada 1999. Di saat yang sama pendapatan bersihnya juga menurun 17 persen. Sementara di waktu yang sama produk-produk Nike justru semakin terkenal.

Target konsumen Reebok vs Nike

Nike VS Rebook 3
(Foto: walpaper.com)

Target konsumen Reebok vs Nike

Sejak berdiri, Nike secara agresif menggaet para pelanggan pria untuk membeli sepatu larinya. Kekosongan perlengkapan olahraga untuk wanita itu lantas diisi Reebok yang melihatnya sebagai peluang besar.

Nike akhirnya lengah dan meluputkan pentingnya memburu pria dan wanita je dalam bisnisnya. Reebok akhirnya berhasil menyalip Nike pada 1987 dengan jumlah pendapatan dan konsumen yang lebih tinggi.

Namun Nike tak tinggal diam melihat usaha keras dari Reebok. Pihak manajemen Nike lantas menajamkan aksi promosi dan pemasaran produknya demi menusuk bisnis Reebok.

 

Aksi promosi Reebok vs Nike

Nike VS Rebook 4
(Foto: sportlivehere.com)

Aksi promosi Reebok vs Nike

Setelah sempat kalah dari Reebok, Nike lantas membayar atlik basket ternama sepanjang sejarah, Michael Jordan. Kala itu, Jordan diminta untuk menjadi maskot berbagai perlengkapan olahraga, khususnya sepatu yang diluncurkan Nike.

Tak hanya itu, Nike juga membayar juru bicara untuk menghubungkan perusahaan dengan konsumen. Di balut dengan popularitas yang tinggi, bisnis Nike kembali menguat.

Reebok merespons serangan promosi Nike dengan menggaet atlet lain, Shaquille O'Neal.Dia pernah menggegerkan Nike saat datang ke perusahaannya dengan mengenakan jaket dengan logo besar Reebok.

Tak berhenti, Nike terus merekrut banyak atlet populer termasuk Andre Agassi, Pete Sampras, dan Tiger Woods. Pada 2005, Adidas membeli Reebok. Tapi kombinasi Adidas dan Reebok tetap menempatkan keduanya di posisi kedua setelah Nike. (Sis/Ndw)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya