Liputan6.com, Jakarta - GMF AeroAsia tercatat berhasil melewati tahapan audit sebagai Airbus Remote Training Center (ARTC), pusat pelatihan Airbus, menurut European Aviation Safety Agency (EASA) selaku otoritas penerbangan sipil Eropa.
Dengan persetujuan ini, GMF AeroAsia menjadi pusat pelatihan Airbus pertama di dunia di luar Airbus. Kepastian lulus ini diambil setelah auditor EASA, Dominique Lissandres tidak mendapati temuan (finding) selama melaksanakan audit di GMF pada 1-4 Juli 2014.
Baca Juga
“EASA akan memberikan persetujuan secara resmi kepada Airbus untuk memasukan GMF sebagai ARTC,” kata Harkandri M Dahler selaku Direktur Human Capital and Corporate Affairs di Jakarta, Selasa (15/7/2014).
Advertisement
Audit kesiapan GMF menjadi ARTC ini dilakukan bersamaan dengan audit tahunan Aircraft Maintenance Training Organization (AMTO) 147 EASA.
Dalam audit ini, GMF mengajukan penambahan rating untuk training type rating pesawat B747-400. Penambahan rating dilakukan seiring dengan pengembanga kapabilitas GMF dalam perawatan pesawat sekaligus menjawab kebutuhan pasar.
Audit tahunan ini dilakukan untuk memastikan GMF mematuhi ketentuan regulasi dan prosedur yang ditetapkan EASA sehingga sertifikat approval EASA yang sudah dimiliki oleh GMF dapat diperpanjang.
Selama audit ARTC berlangsung, auditor EASA melakukan inspeksi terhadap fasilitas GMF Learning Services seperti ruang kelas EASA, ruang kelas ARTC, ruang ujian, dan ruang record training.
Berbagai dokumen yang terkait training seperti record training, record instruktur, prosedur, dan sertifikat training juga diaudit. Auditor juga minta salah seorang instruktur ARTC GMF mempresentasikan materi type rating Airbus di sesi demonstrasi real classroom. “Auditor ingin memastikan proses di GMF sama dengan yang dijalankan di training center Airbus,” tutur dia.
Harkandri mengatakan dengan menjadi ARTC, GMF dapat memberikan training sesuai standar Airbus, terutama training type rating pesawat A320 dan A330.
Adapun dengan approval AMTO 147 EASA, GMF berhak menyelenggarakan training type rating B737-NG dan B747-400 sesuai standar otoritas Eropa. Dalam pengembangan fasilitas training ini, GMF berencama menambah rating untuk pelatihan pesawat Bombardier CRJ1000 dan ATR72-600. “Dengan menjadi ARTC kedua pihak saling diuntungkan,” jelas dia.
Kepercayaan Airbus ini menjadi bukti kapabilitas GMF dalam melaksanakan perawatan pesawat Airbus. Sedangkan bagi Airbus, kerjasama ini dapat mempercepat perkembangan pasar Airbus di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara.
“Airbus ingin lebih dekat dengan maskapai-maskapai yang mengoperasikan pesawatnya,” katanya. Indonesia dan negara-negara lain di Asia Tenggara menjadi perhatian karena perkembangan pasarnya menjanjikan.
“Pelatihan yang sesuai standar Airbus merupakan jawaban terhadap kebutuhan yang terus meningkat,” katanya.
Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan pesawat Airbus, terutama A320 dan A330 cukup pesat, baik di Indonesia maupun di beberapa negara lain di Asia Tenggara.
Garuda Indonesia misalnya, telah mengoperasikan 14 pesawat A330 yang terdiri atas delapan unit A330-200 dan enam unit A330-300.
Pertumbuhan armada Airbus meningkatkan peluang pasar perawatan yang ikut tumbuh seiring dengan perkembangan bisnis penerbangan. Peluang pasar ini dapat diserap jika perusahaan-perusahaan MRO memiliki kapabilitas dan kapasitas melakukan perawatan sesuai dengan requirement-nya.
“Semakin bagus kualitas perawatan, maka semakin besar peluang pasar yang didapatkan,” katanya. Salah satu kunci menyerap potensi pasar itu adalah memiliki personel yang memenuhi standar dan kualifikasi. (Nrm)