Usai Pembatasan, Jualan Solar SPBU Ini Terus Susut

Angkutan umum atau kendaraan lain yang membutuhkan solar pada lari ke luar Jakarta Pusat.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 25 Agu 2014, 18:51 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2014, 18:51 WIB
Usai Pembatasan, Jualan Solar SPBU Ini Terus Susut
Angkutan umum atau kendaraan lain yang membutuhkan solar pada lari ke luar Jakarta Pusat.

Liputan6.com, Jakarta - Antrean panjang kendaraan motor terlihat di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) 3410604 di bilangan Bungur, Kemayoran, Jakarta Pusat. Namun jalur pengisian bahan bakar minyak (BBM) khusus mobil justru nampak lengang.

Setelah ditelusuri lebih dalam, antrean panjang tersebut bukanlah dampak dari pemangkasan kuota harian BBM bersubsidi yang dilakukan PT Pertamina (Persero) untuk sejumlah SPBU.

Dari pantauan Liputan6.com, Senin (25/8/2014), antrean mengular tersebut memang biasa terjadi di SPBU Bungur di bawah bendera PT Sinar Pedoman Abadi pada saat-saat jam pulang kantor.

Menurut Supervisor SPBU Bungur, Zahir, lokasi SPBU ini sangat strategis karena berdekatan dengan Stasiun Kereta Api dan terminal Senen.

Banyak trayek angkutan umum dari dan menuju ke arah tersebut sehingga SPBU-nya selalu ramai oleh kendaraan roda empat, roda tiga maupun roda dua.

"Di sini sih selalu ramai jam berapapun karena lokasi strategis dan area SPBU yang kurang besar. Jadi bukan karena pengurangan jatah kuota BBM subsidi dari Pertamina," ungkap dia saat berbincang dengan Liputan6.com.

Lebih jauh dirinya bersyukur SPBU Bungur 3410604 tidak terkena pemangkasan tersebut seperti di wilayah lain. Namun SPBU yang berlokasi di Jakarta Pusat tersebut terkena peniadaan BBM jenis solar bersubsidi sejak awal Agustus lalu.

"Di Jakarta Pusat nggak ada (pemangkasan), tapi kita memang sudah nggak menjual solar subsidi karena dihilangkan untuk wilayah sini. Sedangkan BBM premium tetap ada dengan jatah diitung dari tiga bulan terakhir," jelasnya.

Dia bilang, pihaknya tetap menjual BBM jenis solar tapi yang non subsidi dengan harga Rp 12.400 per liter. Sementara pengiriman kuota premium disesuaikan dengan kebutuhan tiga bulan terakhir sebanyak 24 kiloliter (Kl) per hari.

"Solar benar-benar sudah nggak ada, dan angkutan umum atau kendaraan lain yang membutuhkan solar pada lari ke luar Jakarta Pusat. Kalaupun ada yang beli solar non bersubsidi, itu kendaraan yang terjebak saja, yang kehabisan bahan bakar," terang dia.

Zahir menilai, kebijakan pemerintah dan Pertamina tersebut sangat efektif untuk menekan konsumsi BBM bersubsidi. Namun imbasnya ke pengusaha dari sisi penjualan.

"Kerugian kami sejak kebijakan berjalan sebulan lalu, penjualan hilang sekira 90 persen. Dari penjualan solar 3-4 Kl per hari, cuma bisa 200-300 liter per hari (solar non subsidi). Faktanya dalam sebulan penjualan BBM subsidi nggak naik," keluh dia. (Fik/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya