RI Negara Kaya, Tapi Boros

Alokasi anggaran subsidi BBM dinilai seharusnya untuk pembangunan infrastruktur sehingga dapat mendorong Indonesia menjadi negara kaya.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 07 Sep 2014, 17:33 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2014, 17:33 WIB
Olga Lydia_20140326

Liputan6.com, Jakarta - Jika biasanya kita mendengar tanggapan politikus, pemerintah, pengamat terkait isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, kini seniman Indonesia angkat bicara terkait persoalan yang membelit negara ini.

Menurut Olga, Indonesia merupakan negara kaya dengan sumber daya alam melimpah. Namun sayangnya, negara ini sangat boros bila dibandingkan negara lain.

"Negara kita tuh kaya, tapi nggak efisien alias boros. Buktinya komponen distribusi kita mencapai 25 persen, sedangkan Jepang cuma 8 persen. Sangat efisien sekali, pantas saja Jepang kaya," ungkap dia saat menjadi pembicara di Acara Diskusi Subsidi BBM : Solusi atau Masalah, Jakarta, Minggu (7/9/2014).

Lebih jauh model cantik sekaligus presenter ini sering kali menulis status di twitter-nya soal potensi salah sasaran alokasi subsidi BBM yang hanya dinikmati oleh masyarakat mampu alias orang kaya.

"Saya sendiri konsumsi BBM non subsidi 150 liter per bulan tapi cuma buat saya nggak dipakai antar anak sekolah dan kegiatan di luar aktivitas saya. Nah bayangkan kalau itu BBM subsidi artinya sekira Rp 720 ribu per bulan subsidi buat orang yang punya mobil, sedangkan yang nggak punya kendaraan, nggak dapat subsidi itu. Ini kan nggak adil," tambah Olga.

Wanita keturunan Tionghoa ini pun sangat mendorong pemerintah menaikkan harga BBM subsidi. Dan penghematannya dialihkan ke infrastruktur jalan, jembatan, pelabuhan, bandara dan sebagainya.

"Harga solar di Papua saja Rp 20 ribu per liter, tapi mereka nggak ribut tuh. Artinya sebenarnya masyarakat nggak masalah kalau harga BBM naik, tapi jelas pengalihannya untuk infrastruktur. Selain itu, kenaikan harga juga serentak di NKRI, jadi harga sama di Jawa sampai Papua. Itu baru namanya keadilan," tegasnya.

Tanpa infrastruktur, dia bilang, Indonesia akan sulit menggenjot target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Olga bahkan mengkritik lambannya kebijakan pemerintah sehingga menyebabkan investor ogah menanamkan modalnya di Indonesia.

"Kita kehilangan investor penting, seperti Foxconn yang mau bangun pabrik di Yogyakarta dengan menyerap 50 ribu pekerja. Tapi nggak jadi, karena komponen ponsel hanya bisa dibawa pakai pesawat. Jadi harus dialihkan subsidi itu biar nggak boros, habis di jalan dan jika masuk ke infrastruktur bisa berpengaruh ke harga barang," tukas Olga. (Fik/Ahm)

 

*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya