Liputan6.com, Washington - Harga pangan dunia kini berada dalam periode kemerosotan terpanjang sejak 1990-an. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mengumumkan, harga pangan terus merosot selama enam bulan berturut-turut hingga akhir September.
Mengutip laman Xinhua, Jumat (10/10/2014), penurunan harga pangan dunia tersebut dirilis dalam laporan bulanan FAO bertajuk `Food Outlook`.
Kemerosotan harga pangan itu merupakan imbas dari gagal panen dan stok melimpah. Meskipun produksi beras tercatat sedikit lebih rendah dibandingkan tahun lalu, FAO mengatakan stok dunia tahun ini masih terbilang besar.
Advertisement
Jumlah persediaan pangan tahun ini tercatat lebih dari cukup untuk menutupi sedikit kekurangan yang ada. Panen gandum diproyeksikan dapat dilakukan tahun ini.
Indeks FAO menunjukkan keseluruhan harga rata-rata di level 191,5 poin pada September. Angka tersebut turun dari rata-rata 2,6 persen pada Agustus, dan 6 persen lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu.
Angka tersebut juga menunjukkan level harga pangan terendah sejak 2010.
Harga untuk biji-bijian dan sereal yang merupakan komponen terbesar dalam indeks tersebut tercatat turun 4,6 persen. Sementara minyak mengalami penurunan 2,8 persen, harga gula anjlok 6,6 persen.
Selain itu, harga susu rata-rata juga tercatat 6,5 persen lebih rendah pada September dibandingkan Agustus. Lebih mengejutkan dari itu, harga susu turun hingga 24,9 persen dibandingkan tahun lalu.
Itu lantaran produksi susu terganggu di sejumlah kawasan di dunia. Meski begitu hanya harga daging naik, beringsut 0,3 persen lebih tinggi. Harga daging dunia kini tercatat 11,6 persen lebih tinggi dari tahun lalu. (Sis/Ndw)
Â