Harga BBM Naik, Inflasi November Diprediksi Tembus 1,5%

laju inflasi pada bulan kesebelas ini jauh lebih tinggi dari realisasi Oktober 2014 sebesar 0,47 persen.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 01 Des 2014, 07:40 WIB
Diterbitkan 01 Des 2014, 07:40 WIB
Inflasi
Ilustrasi Inflasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Di pertengahan November 2014, pemerintah secara mengejutkan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp 2.000 per liter. Kebijakan tersebut akan memberi dampak terhadap kenaikan inflasi di bulan ini.

Pengamat Ekonomi dari Institute for Development Economy and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati memperkirakan, laju inflasi pada bulan kesebelas ini jauh lebih tinggi dari realisasi Oktober 2014 sebesar 0,47 persen.

"Inflasi November ini diperkirakan 1,2 persen sampai 1,3 persen. Tapi saya agak khawatir bisa mencapai 1,5 persen," ungkap dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (1/12/2014).

Dijelaskan Enny, penyebab inflasi terkerek tinggi adalah sumbangan dari kenaikan harga BBM subsidi yang sudah terasa di November meskipun masih rendah lantaran kebijakan diambil pada pertengahan bulan.

"Kontribusi inflasi dari kenaikan harga BBM subsidi mulai terasa di Oktober, November, Desember. Lalu efek putaran keduanya di Januari dan Februari 2015," terangnya.

Sementara untuk dampak tidak langsung seperti transportasi, sambung dia, menyumbang inflasi pada Desember 2014. Selanjutnya, Enny bilang disusul dengan kenaikan upah minimum provinsi (UMP) yang akan mulai terasa di Januari 2015.

"Dampak kenaikan harga BBM subsidi belum penuh di November ini dari perkiraan dua sampai tiga persen," imbuhnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya