Rugi Gara-gara Dolar Perkasa, Pengusaha Cuma Bisa Sabar

Penguatan dolar AS terhadap rupiah mengakibatkan pengusaha merugi.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 19 Des 2014, 12:20 WIB
Diterbitkan 19 Des 2014, 12:20 WIB
Ilustrasi Pantau Rupiah (2)
Ilustrasi Pantau Rupiah (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah mengakibatkan pengusaha CNG dalam negeri merugi. Pasalnya pengusaha tersebut harus membeli gas dalam bentuk dolar Amerika Serikat (AS), namun menjualnya dengan denominasi rupiah.   

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan CNG Indonesia (APCNGI), Roby R Sukardi mengatakan penguatan dolar AS terasa mencekik pengusaha gas alam terkompresi. Pasalnya pembelian gas di dalam negeri masih menggunakan mata uang dolar AS.

"Belinya pakai dolar, jualnya pakai rupiah. Menjual gasnya murah lagi, karena marjin kita kurang. Jadi harga dolar sekarang ini mencekik," ujar dia di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (19/12/2014).

Lebih jauh menurut Roby, dengan biaya operasional mulai dari pembelian gas hingga pendistribusian bahan bakar ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) sekira US$ 13, seharusnya harga jual BBG Rp 5.500 per liter setara premium (LSP).

"Tapi sekarang cuma Rp 3.100 per LSP. Itu itungan saat kurs Rp 9.100-Rp 10.500 per dolar AS. Tapi sekarang kan sudah lebih dari Rp 12.000, jadi kerugian ditanggung pengusaha 30 persen lebih rendah. Apalagi konsumen belum banyak," papar dia.

Sementara itu, Kepala Bidang Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) APCNGI, Edhit Alhidayat mengaku pengusaha sudah menderita kerugian akibat penguatan dolar AS sejak tahun lalu.

"Tahun sebelumnya kita rugi, cuma kita sabar. Karena ada harapan bisa naik (harga BBG). Kita berharap terus, tapi kan yang nentuin pemerintah," jelas dia. (Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya