37% Pembangkit Listrik Program 35 Ribu MW Bakal Gunakan Gas

Kebutuhan gas untuk memasok PLTG sebesar 13 ribu MW tersebut kurang lebih 12 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD).

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 04 Mar 2015, 09:48 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2015, 09:48 WIB
Pipa Gas
(FOTO:Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia penuh dengan sumber energi. Oleh karena itu pemerintah terus mengembangkan berbagai teknologi dari berbagai sumber energi tersebut untuk mewujudkan target pasokan listrik 35 ribu Mega Watt (MW) dalam 5 tahun ke depan.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan, salah satu sumber energi yang cocok untuk mengejar target kelistrikan 35 ribu MW adalah gas.

Menurutnya, program kelistrikan 35 ribu MW akan disumbang dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) sebesar 13 ribu MW, dengan kata lain, sumber enegeri untuk membuat 37% dari total target tersebut akan dipasok oleh gas. 

Kebutuhan gas untuk memasok PLTG sebesar 13 ribu MW tersebut kurang lebih 12  Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) "Ada perubahan besar untuk program 35 MW. Nanti 13 ribu MW bakal pakai gas, butuh gas 12 MMSCFD," kata Wira, di Jakarta, Rabu (4/3/2015).

Ia melanjutkan, untuk mengalirkan gas ke pembangkit tersebut, membutuhkan pembangunan infrastruktur yang masif. Seperti diketahui, permasalahan pengembangan gas di Indonesia saat ini terbentur masalah infrastruktu seperti belum adanya pipa yang akan mengalirkan gas tersebut.

"Butuh infrastruktur masif, dan tempatnya dimana-mana, inikan di pulau-pulau semua, bisa ratusan lokasi, itu buat up adate. 13 ribu MW banyak Jawa, Sumatera dan Kalimantan," paparnya.

Terkait dengan pasokan gas, Wira menambahkan pemerintah sedang merencanakan untuk impor gas daam kurun 5 tahun ke depan. Hal tersebut untuk mengantisipasi terlambatnya proyek ekplorasi atas penurunan harga minyak.

"Sebagian impor dalam 5 tahun ke depan, karena kalau IDD terlambat, dengan harga minyak murah, sekarang lagi up date dengan ada perubahan, pada 2019 kami akan impor," pungkasnya. (Pew/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya