‎Ini Cara Menteri Rini Satukan Bank Syariah

Menteri BUMN Rini Soemarno berencana menggabungkan bank-bank syariah yang menjadi anak usaha Bank BUMN.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 06 Mar 2015, 12:40 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2015, 12:40 WIB
Ilustrasi Bank
Ilustrasi Bank

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Basdan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno berencana menggabungkan bank-bank syariah yang menjadi anak usaha Bank BUMN.

Hal itu direncanakan mengingat sebagai negara yang memiliki matoritas penduduk muslim, penetrasi perbankan syariah masih sangatlah minim. Hal itu dibuktikan dengan total aset perbankan syariah masih 1 persen dibandingkan aset bank konvensional.

"Sehingga kita tentunya harusnya mempunyai bank syariah yang besar, bukan yang kecil-kecil," kata Rini di kantornya, Jumat (6/3/2015).

‎Diejlaskan Rini, saat ini pihaknya sedang melakukan pengkajian terhadap empat bank syariah, yaitu Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, BRI Syariah dan Unit BTN Syariah.

Namun begitu, untuk penggabungan keempat bank tersebut, Rini mengaku sudah memiliki gambaran yang ideal mengenai sekema penggabungannya.

‎"Mungkin kalau syariah, belum bisa memastikan bagaimana strukturnya, tapi kemungkinan besar yang terbaik itu di merger, jadi bukan holding," jelasnya.

‎Sebelumnya, Kementerian BUMN telah membentuk tim untuk mengkaji rencana penggabungan bank-bank syariah milik bank BUMN. Namun nampaknya hal itu tidak langsung didukung oleh para pelaku industri perbankan.

‎Salah satunya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI). Manajemen BNI menilai penggabungan bank-bank syariah ini belumlah menjadi satu hal yang sangat penting mengingat masih banyak cara lain untuk memperbesar penetrasi bank syariah di pasar.

‎"Kalau untuk menghadapi 2020, saya pikir lebih baik mengarah ke strategi partner dari pada itu, baru setelah itu lakukan IPO," kata Direktur Utama BNI, Gatot M Suwondo di Jakarta, 18 Februari 2015.

‎Strategi partner yang dimaksudkan Gatot adalah dengan menggandeng bank-bank negara lain yang penduduknya mayoritas muslim untuk memasarkan produk-produknya di negara masing-masing.‎ (Yas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya