Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah dalam dua pekan ini masih bergerak di kisaran Rp 13.000 per dolar AS. Namun demikian Bank Indonesia memastikan pelemahan tersebut masih yang terbaik jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.
Tahukah Anda bahwa pelemahan rupiah kali ini berbeda situasinya dengan yang terjadi serupa di era kepemimpinan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono?
Bedanya, pelemahan rupiah kali ini tidak memiliki risiko terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Pemerintah (APBN). Namun pada tahun 2014 dan sebelumnya, pergerakan rupiah sangat mempengaruhi pembengkakan pembiayaan peemrintah. Pembiayaan pemerintah paling besar akibat masih besarnya subsidi pemerintah terutama di sektor Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Dari sisi pemerintah, kalau gejolak rupiah 2013-2014 maka jelas APBN kita dalam ancaman, apabila disertai kenaikan harga minyak, subsidi BBM akan menggelembung besar, current account deficits bisa melebihi 3 persen," kata Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro seperti ditulis, Kamis (12/3/2015).
Jika pelemahan rupiah terjadi dimana struktur APBN masih seperti yang lama, maka beberapa cara yang akan diambil pemerintah seperti menaikkan harga BBM bersubsidi atau dengan pemangkasan anggaran Kementerian atau Lembaga.
Berbanding terbalik dengan apa yang terjadi dengan postur belanja dalam APBN-P 2015. BBM untuk jenis Premium sudah dibebaskan dari subsidi. Maka dari itu Bambang mengaku APBN-P 2015 kali ini lebih sehat. "Jadi clear, pelemahan rupiah tidak ada pengaruhnya ke budget," tegasnya.
Pembebasan subsidi dan penciptaan ruang fiskal yang lebih lebar tersebut tidak terlepas dari kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada bulan November 2014.
Kebijakan positif kembali diperlihatkan pemerintah dengan kembali menurunkan sekaligus menghapus subsidi untuk BBM jenis Premium pada awal tahun 2015. Hal itu juga diperkuat dengan disesuaikan harga Premium sesuai dengan mekanisme harga minyak dunia, dimana penyesuaian dilakukan satu bulan sekali.
Maka dari itu, Bambang meyakini dengan berbagai instrumen makro yang sudah ada saat ini, Indonesia bisa dibilang menjadi negara yang paling konsisten dalam menghadapi gejolak ekonomi dunia.
Itu dibuktikan dengan pelemahan rupiah mulai dari Januari 2015 hingga Maret 2015 sudah sebesar 5,7 persen (year to date). Angka itu paling rendah jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya seperti Brazil yang mata uangnya melemah 16,3 persen dan Turki 13 persen.
Tak hanya beberapa negara berkembang pelamahan rupiah terhadap dolar juga lebih minim jika dibandingkan Afrika Selatan, India, Malaysia dan Singapura lebih buruk dari Indonesia. (Yas/Gdn)
Ini Beda Risiko Pelemahan Rupiah di Era SBY dan Jokowi
Pelemahan rupiah mulai dari Januari 2015 hingga Maret 2015 sudah sebesar 5,7 persen (year to date).
Diperbarui 12 Mar 2015, 09:32 WIBDiterbitkan 12 Mar 2015, 09:32 WIB
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dan Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo saat menghadiri peresmian penurunan harga BBM di Gedung Menko Perekonomian, Jakarta, Rabu (31/12/2014). ( Liputan6.com/Faizal Fanani)... Selengkapnya
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Cara Agar Tahan Lama dengan Minyak Kayu Putih Secara Alami dan Aman
Saat Pembukaan Anjlok, IHSG Ditutup Turun 7,9 Persen
6 Manfaat Kulit Jeruk untuk Kecantikan, Atasi Jerawat hingga Cegah Penuaan
Samsung Mulai Gulirkan One UI 7 Berbasis Android 15, Ini Jadwal Rilisnya
Popcorn Caramel: Camilan Lezat, Tapi Sehatkah? Ini Manfaat dan Risikonya!
Harga Bitcoin Ambruk, Simak Seluk beluk Aset Digital BTC
Wali Kota Depok Akui Sudah Terima Teguran Buntut Izinkan ASN Mudik Pakai Mobil Dinas
Vinicius Junior Terus Digoda Arab Saudi, Real Madrid Siap Bajak Bidikan Manchester United
7 Potret Penampilan Kocak Denny Caknan dan Bella Bonita, Tukar Peran
Steven Wongso Sudah Putus dari Arafah Rianti Sebelum Jadi Mualaf, Akui Masih Sayang
Cara Aktifkan Proxy WA, Begini Metode Gunakan Fitur Terbaru WhatsApp
5 Bahan Alami untuk Mengobati Kanker Prostat