Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak akhir 2014 lalu semakin memberi rasa pesimistis dari Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dan kalangan pengusaha. Kondisi tersebut dianggap sudah mengganggu perekonomian Indonesia dan menghantam pelaku usaha kecil menengah (UKM).
Anggota DPD RI dari Sulawesi Selatan, Ajiep Padindang menyatakan, volatilitas kurs rupiah telah berlangsung lama sehingga menahan seseorang yang memiliki dolar AS karena nilainya kini sangat menggiurkan.
"Pada dasarnya sudah sangat mengganggu apalagi kalau berlarut-larut karena akan memberi dampak. Seseorang yang pegang dolar AS banyak tidak mau dilepas," papar dia saat Diskusi Bincang senator 2015 "Gejolak dan Masa Depan Rupiah" di Brewerkz Restaurant & Bar, Jakarta, Minggu (29/3/2015).
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Industri (Kadin) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang menambahkan, terpuruknya nilai tukar rupiah telah mencekik UKM yang sebagian besar mengandalkan bahan baku dari impor.
"Buat pengusaha memang sudah mengganggu. Contohnya, pengusaha sarung terpaksa menurunkan separuh atau 50 persen dari produksinya karena 75
persen bahan bakunya dari impor," jelasnya.
Contoh lain, kata Sarman, pengusaha tempe ikut menyusutkan besaran produksi tempe karena bahan baku kedelai berasal dari negara lain. Termasuk perusahaan farmasi yang akan kewalahan dengan hantaman pelemahan kurs mengingat porsi 94 persen hingga 95 persen bahan baku obat dibeli dari luar negeri.
"Jadi pelemahan sudah sangat mengganggu. Tapi pemerintah cuma bilang jangan panik, dan kami sudah bertahan supaya tidak panik. Kalau dolar menguat terus bagaimana kami tidak panik," keluh dia.
Pasalnya, sambung Sarman, kondisi sulit yang dihadapi UKM berujung pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebagai langkah efisiensi perusahaan. Bukan hal mustahil, PHK juga dilakukan korporasi besar yang tidak kuat menanggung pelemahan kurs rupiah.
"Pengusaha sarung yang mengurangi produksi sampai 50 persen dapat memangkas jumlah tenaga kerja alias PHK. Jadi pengusaha akan melakukan itu sampai rupiah kembali stabil," ucapnya.
Dia berharap, investor Jepang dan China dapat merealisasikan rencana penanaman modal di Indonesia yang sudah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kunjungannya belum lama ini.
"Waktu Pak Jokowi ke Jepang sudah ada komitmen investasi Rp 15 triliun. Mudah-mudahan saja bisa cepat terealisasi, supaya produk mereka yang diekspor dari investasi di sini dapat memperkuat kinerja ekspor," cetus Sarman. (Fik/Gdn)
Bahaya Jika Pelemahan Rupiah Terus Berlarut-larut
Pengusaha tempe ikut menyusutkan besaran produksi tempe karena bahan baku kedelai berasal dari negara lain.
diperbarui 29 Mar 2015, 15:56 WIBDiterbitkan 29 Mar 2015, 15:56 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Profil Paslon Walikota dan Wakil Walikota di Pilkada Semarang yang Diusing KIM PLUS vs PDIP
Apa Fungsi Kurikulum dalam Pendidikan: Pengertian, Tujuan, dan Komponennya
Cara Baca Hasil USG: Panduan Lengkap untuk Ibu Hamil
Pegiat Antikorupsi: Jika OTT Dihapus, KPK Bubarkan Saja
Tak Paham Makna Bacaan Sholat, Ini Akibatnya Kata Ustadz Adi Hidayat
Mentan Sikat 27 Perusahaan Pupuk Nakal, Petani Bisa Rugi Rp 3,2 Triliun
4 Pernyataan Polda Sumbar Usai Insiden Polisi Tembak Polisi di Polres Solok Selatan
Sule Jenguk Mahalini yang Jatuh Sakit, Netizen Salfok ke Box Bayi
280 Pantun Nyindir Kawan yang Kocak dan Mengena, Bikin Sadar Diri
Mengenal Nasi Berikut Kandungan Vitamin, Nutrisi dan Manfaat Kesehatannya
Frans Faisal, kakak Fuji Akan Lakukan Lamaran dengan Manajernya Pada Desember Mendatang
Cara Agar Haid Lancar: Panduan Lengkap untuk Menstruasi Sehat