Harga Minyak Jatuh Akibat Penghentian Operasi Militer di Yaman

Harga minyak turun akibat koalisi yang dipimpin Arab Saudi memutuskan untuk mengakhiri operasi militer diYaman.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 22 Apr 2015, 06:40 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2015, 06:40 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi Tambang Minyak 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, New York - Harga minyak turun pada perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB) akibat koalisi yang dipimpin Arab Saudi memutuskan untuk mengakhiri operasi militer yang berlangsung hampir sebulan di Yaman. Hal ini mengurangi kekhawatiran bahwa kekerasan di Timur Tengah dapat mempengaruhi produksi minyak di wilayah tersebut.

Meskipun Yaman memiliki produksi minyak kecil, konflik telah memicu kekhawatiran kalau kekerasan bisa menyebar ke negara-negara pengekspor minyak lain di kawasan Timur Tengah dan mengganggu kegiatan produksi minyak.

"Saya tidak berpikir siapa pun mengharapkan operasi militer ini berakhir begitu cepat," kata analis di Price Futures Group Phil Flynn di Chicago seperti
dilansir dari Wall Street Journal, Rabu (22/4/2015).

Harga minyak mentah jenis  West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei turun US$ 1,12 atau 2 persen menjadi US$ 55,26 per barel di New York Mercantile Exchange, terendah dalam satu minggu. Harga minyak jenis Brent, patokan global, turun US$ 1,37 atau 2,2 persen menjadi US$ 62,08 per barel di ICE Futures Europe.

Pelaku pasar menunggu data pasokan energi Amerika Serikat (AS) terbaru. Persediaan minyak mentah AS berada pada level tertinggi dalam lebih dari 80 tahun. Analis yang disurvei oleh The Wall Street Journal mengharapkan laporan untuk menunjukkan bahwa stok minyak naik 2,8 juta barel pada pekan lalu, sementara persediaan bensin turun 800 ribu barel.

Laporan American Petroleum Institute, sebuah kelompok industri, menunjukkan adanya adanya peningkatan 5,5 juta barel dalam stok minyak mentah  pada  pekan yang sama, menurut pengamat pasar. Kelompok ini juga melaporkan persediaan bensin naik 1,1 juta barel, dan persediaan distilat naik 1,7 juta barel. Harga jatuh di perdagangan elektronik setelah laporan tersebut.

EIA melaporkan penurunan produksi mingguan dalam dua dari tiga laporan terakhir, dan banyak pengamat pasar juga menunggu untuk melihat apakah tren tersebut akan terus berlanjut. Namun, data mingguan dianggap kurang dapat diandalkan dibandingkan data bulanan, yang hanya tersedia hingga Januari. (Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya