Liputan6.com, London - Lembaga perbankan internasional HSBC awal pekan ini mengumumkan pihaknya akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 25 ribu karyawan mencakup seluruh kantornya secara global. Itu merupakan strategi baru perusahaan untuk memangkas biaya operasional dan meningkatkan return bagi para pemegang saham.
Melansir laman International Business Times, Rabu (10/6/2015), di sesi awal, HSBC akan memberhentikan sekitar 8.000 karyawan di Inggris. Kini para pegawai HSBC di Inggris tengah bersiap-siap kehilangan pekerjaannya.
Pengurangan pegawai ini akan menghapus 10 persen dari total tenaga kerja di perusahaan yang bekerja di operasi ritel dan perbankan investasi. HSBC bertujuan memberikan return ekuiti sebesar 10 persen pada 2017, turun dari prediksi 12-15 persen pada 2016.
CEO HSBC Stuart Gulliver, yang menjabat sejak 2011, telah mengurangi jumlah karyawan di kantor pusatnya dari 296 ribu menjadi 257 ribu pegawai. Itu belum termasuk PHK yang akan dilakukan dalam waktu dekat.
"HSBC memiliki posisi global yang kurang pesaing seperti akses pada pasar dengan pertumbuhan tinggi, model perbankan universal yang terdiversifikasi dengan pendanaan kuat dan profil rendah risiko, serta modal internal yang kuat dengan dividen tertinggi. Kami menyadari dunia berubah, dan kami juga perlu melakukan perubahan," papar Guliver.
Bank terbesar ketiga dunia berdasarkan perencanaan aser itu juga berencana menutup sejumlah kantor cabang di tujuh negara kunci, dengan total karyawan mencapai 48 ribu orang. Pemangkasan jumlah tenaga kerja yang satu ini agar bank dapat lebih fokus pada pasar di Asia.
"Dunia semakin terhubung satu sama lain, dengan Asia diprediksi akan memberikan pertumbuhan tinggi dan menjadi pusat perdagangan global dalam 10 tahun ke depan," terang Guliver.
Dirinya yakin langkah PHK itu dapat membuat bank bergerak lebih cepat meraih target pertumbuhan perusahaan dan berbagai peluang yang ada. (Sis/Ndw)
Energi & Tambang