Rupiah Menguat, Barang Impor Bakal Banjiri RI

Rata-rata inflasi Indonesia selama satu dekade mencapai 7 persen atau jauh lebih tinggi dibanding Amerika Serikat.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 12 Jun 2015, 16:23 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2015, 16:23 WIB
Ilustrasi Nilai Rupiah Turun
Ilustrasi Nilai Rupiah Turun

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menganggap pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bagus untuk memacu ekspor nasional. Sementara jika rupiah menguat, maka impor akan meningkat dan buruk bagi perekonomian Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengatakan, rata-rata inflasi Indonesia selama satu dekade mencapai 7 persen atau jauh lebih tinggi dibanding realisasi rata-rata inflasi AS sepanjang periode yang sama. Dengan kondisi demikian, sambungnya, yang terjadi mata uang rupiah justru tidak mengalami penyesuaian selama 10 tahun.

Seharusnya, kata Sofyan, dengan inflasi AS rata-rata 2 persen dan 5 persen inflasi Indonesia, mata uang rupiah mestinya mengalami penyesuaian 5 persen per tahun.

"Tapi mata uang rupiah justru menguat. Kenapa? Karena kita ekspor komoditas yang harganya selangit, banjir dolar AS ke Indonesia, dan waktu rupiah menguat 9.000 per dolar AS, kita tepuk tangan. Padahal itu cuma semu," ucap dia di kantornya, Jakarta, Jumat (12/6/2015).

Ketika itu, tambah Sofyan, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya ditopang dari konsumsi. Sedangkan pertumbuhan sektor manufaktur negatif dan dipenuhi dengan impor.

"Segala sesuatunya harus beli dari impor, mulai dari sayur, mainan anak-anak, baju, celana dalam sampai impor dari China karena harganya lebih murah akibat rupiah terlalu menguat," tegasnya.

Saat ini, dia bilang, rupiah terkoreksi. Paling penting, pelemahan ini harus mencerminkan nilai fundamental ekonomi Indonesia. Namun Sofyan enggan mengakui bahwa pelemahan rupiah ke level 13.300 per dolar AS sesuai dengan harapan pemerintah. 

"Koreksi rupiah itu yang kita inginkan, tapi terlalu cepat. Pelemahan harus terjadi secara gradual. Kita enggak mau rupiah terlalu melemah dan enggak terlalu menguat karena tidak bagus buat ekonomi kita," jelas Sofyan. (Fik/Gdn)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya