PHK Besar-besaran di Industri Migas Hanya Rumor

Harga minyak mentah Brent turun 17 sen (0,3 persen) menjadi US$ 53,30 per barel di ICE Futures Europe.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 29 Jul 2015, 13:14 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2015, 13:14 WIB
Ilustrasi Pekerja Tambang 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi Pekerja Tambang 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelasana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memastikan bahwa adanya khabar mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran industri minyak dan gas bumi di Indonesia karena kinerja perusahaan terdampak penurunan harga minyak dunia hanya isu belaka.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat SKK Migas, Elan Bintoro mengatakan, belakangan ini memang beredar rumor di mesia sosial, jejaring komunikasi mengenai adanya pemecatan di perusahaan-perusahaan migas besar. "Tapi itu baru rumor. Beredar di di Whatapp, Blackberry messenger dan milling list," kata Elan, di Kantor SKK Migas, Jakarta, Rabu (29/7/2015).

Elan memastikan bahwa rumor tersebut tidak benar. Berdasarkan penelusuran SKK Migas di perusahaan-perusahaan migas yang beroperasi di Indonesia, sampai saat ini belum ada Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) yang melapor ke SKK Migas untuk melakukan PHK pekerjanya.

"Jadi bisa dipastikan yang beredar itu masih rumor. Adanya pengurangan orang hanya isu saja. Sejauh ini industri migas di di Indonesia belum ada PHK, kan kalau ada apa-apa harus melalui SKK Migas," tuturnya.

Menurut Elan, untuk mengantisipasi anjloknya harga minyak dunia, SKK Migas telah melakukan percepatan revisi rencana kerja anggaran (Work Plant and Budget/WP&B) KKKS. "Kalau kami percepat WP&B itu antisipasi harga minyak jatuh. Capex kami turunkan kan lebih mahal dari Opex. Penurunan harga sekarang sudah kita antisipasi," pungkasnya.

Untuk diketahui, harga patokan minyak mentah dunia, Brent, pulih dari posisi terendahnya dalam enam bulan pada perdagangan Rabu (29/7/2015) ini. Demikian pula harga minyak mentah AS naik lebih dari 1 persen di tengah spekulasi jika penurunan stok akan mengimbangi kekhawatiran tentang membanjirnya pasokan global dan krisis pasar ekuitas di Cina.

Melansir laman Reuters, harga minyak mentah Brent turun 17 sen (0,3 persen) menjadi US$ 53,30 per barel di ICE Futures Europe. Di sesi awal, harga sempat menyentuh US$ 52,28, terendah sejak awal Februari, di tengah kekhawatiran tentang jatuhnya pasar saham di China, konsumen energi terbesar di dunia.

Sementara minyak mentah berjangka AS ditutup naik 59 sen (1,2 persen) ke posisi US$ 47,98 per barel di New York Mercantile Exchange. Naik lebih dari US$ 1 pada sesi tertingginya setelah menyentuh level terendah sejak Maret di US$ 46,68 per barel.

Kedua patokan minyak ini, baru-baru ini susut hingga 20 persen karena kekhawatiran investor jika pasokan di pasar akan tetap berlebih hingga akhir tahun. (Pew/Gdn)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya