Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengaku telah mengomunikasikan ke Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terkait alih ekspor minyak mentah agar mengutamakan pemenuhan bagian negara terlebih dahulu.
"Komunikasi itu sih sebenarnya sudah ada. Kalau nggak salah, peraturannya sudah keluar untuk domestik. Memang fokusnya saat ini adalah untuk (pemenuhan) bagian negaranya,” kata Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D Suryodipuro ketika ditemui di Jakarta, Minggu (9/3/2025).
Advertisement
Baca Juga
Hudi menambahkan bahwa jika bagian negara masih belum tercukupi, SKK Migas berharap KKKS dapat mengalihkan produksi mereka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebelum mengambil bagian mereka sendiri. Namun, keputusan terkait pembagian hasil tetap berada di tangan KKKS.
Advertisement
“Untuk yang bagian kontraktor, itu kan memang kewenangannya kan ada di kontraktor. Tapi kalau umpamanya itu memungkinkan untuk dialihkan kepada negara (untuk domestik), ya itu alhamdulillah kalau umpamanya bisa dialihkan," ujarnya.
Kendati demikian, SKK Migas terus mengupayakan optimalisasi serapan minyak mentah untuk kebutuhan dalam negeri dengan mengutamakan bagian negara.
"Ini kan ada split (pembagian hasil produksi) antara kontraktor dengan pemerintah. Yang kami utamakan adalah (pemenuhan) bagian negara," ujarnya.
Regulasi
Adapun regulasi terkait hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 230.K/MG.01.MEM.M/2024 tentang Pedoman Pelaksanaan dan Komponen Kontrak Bagi Hasil Gross Split diatur kepastian bagi hasil yang diterima kontraktor.
Aturan tersebut memberikan kepastian bagi hasil yang diterima kontraktor, yang berkisar antara 75 hingga 95 persen. Pada kontrak gross split sebelumnya, bagi hasil yang diterima kontraktor sangat bervariasi dan dalam kondisi tertentu bisa sangat rendah, bahkan nol persen.
Menteri ESDM Bakal Kurangi Ekspor Minyak Mentah
Diberitakan sebelumnya, pemerintah berkomitmen meningkatkan produksi bahan bakar minyak (BBM) nasional. Dengan cara ekspor minyak mentah (crude oil) ke depan akan dioptimalisasi, agar semaksimal mungkin dimanfaatkan oleh kilang minyak dalam negeri.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan, pemerintah akan mengalihkan seluruh minyak mentah bagian negara yang sebelumnya direncanakan untuk diekspor agar diproses di kilang dalam negeri.
Selain itu, minyak mentah bagian kontraktor yang tidak sesuai spesifikasi juga diminta untuk diolah dan dicampur. Sehingga memenuhi standar yang diperlukan untuk konsumsi kilang domestik. Kebijakan ini menjadi langkah penting dalam mempercepat tercapainya tujuan swasembada energi.
"Sesuai arahan Presiden Prabowo, kami telah meminta kilang-kilang dalam negeri untuk memanfaatkan semua crude, termasuk yang sebelumnya dianggap tidak memenuhi spesifikasi. Sehingga ekspor crude semakin menurun," kata Bahlil di Jakarta, Senin (27/1/2025).
Kementerian ESDM berupaya meningkatkan kapasitas dan fleksibilitas teknologi kilang dalam negeri. Kilang-kilang utama seperti Balikpapan, Cilacap, dan Dumai kini mampu mengolah minyak mentah dengan spesifikasi beragam. Termasuk jenis minyak mentah yang sebelumnya dianggap tidak memenuhi standar.
Percepatan pembangunan kilang baru pun didorong, seperti Kilang Tuban dan Balongan. Untuk meningkatkan kapasitas pengolahan dalam beberapa tahun ke depan.
Adapun perkiraan ekspor minyak mentah tahun ini sekitar 28 juta barel. Sekitar 12-13 juta barel ditargetkan dapat dioptimalkan untuk menambah pasokan kilang minyak dalam negeri.
Advertisement
Respon Pertamina
PT Pertamina (Persero) menyambut baik rencana Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia yang membatasi ekspor minyak mentah untuk pemanfaatan dalam negeri. Artinya, sebanyak-banyaknya produksi minyak mentah nasional disuplai ke kilang-kilang dalam negeri.
VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso menjelaskan, pihaknya menyambut baik rencana optimalisasi produksi minyak mentah RI. Menurutnya, seluruh produksi Pertamina Hulu Energi (PHE) pun sudah dipasok ke kilang-kilang Pertamina.
"Kalau kami Pertamina ya tentu menyambut baik ya. Karena selama ini produksi dari PHE pun seluruhnya memang diserap oleh kilang Pertamina. Jadi untuk memenuhi kebutuhan domestik," ungkap Fadjar dalam Media Gathering Subholding Upstream, di The Patra Resort, Badung, Bali, Selasa (11/2/2025).
Dia juga menyambut baik jika kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) lain yang memproduksi minyak mentah di Indonesia bisa menyuplai ke kilang Pertamina.
"Tentu kalau misalnya memang KKKS lain bisa diserap oleh Pertamina ya tentu kami menyambut baik," katanya.
