Industri Pariwisata Jepang Kekurangan Pekerja

Pantai yang indah, lautan biru kehijauan, dan budaya yang unik menarik wisatawan dari seluruh dunia menuju selatan Jepang di prefecture Okin

oleh Ifsan Lukmannul Hakim diperbarui 31 Jul 2015, 11:40 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2015, 11:40 WIB
Restoran Ini Mempekerjakan Robot Sebagai Pramusaji
Seorang koki membuat hidangan dibantu sejumlah robot di dapur restoran robot di Hefei, China, Jumat (26/12/2014). (REUTERS/Stringer)

Liputan6.com, Jakarta - Jepang menjadi salah satu negara dengan pemandangan yang indah. Jumlah pengunjung ke negara ini meningkat di mana tahun lalu mencapai 7 juta kunjungan.

Pantai yang indah, lautan biru kehijauan, dan budaya yang unik, menarik wisatawan dari seluruh dunia, salah satunya ke wilayah selatan Jepang di Perfektur Okinawa. Pemerintah Okinawa menargetkan jumlah pengunjung mencapai 10 juta dalam 6 tahun ke depan.

Sayangnya, kini industri pariwisata di kota tersebut kekurangan tenaga kerja. Sebuah survei menunjukkan 70 persen dari hotel dan restoran di Perfektur Okinawa tidak memiliki cukup karyawan, seperti melansir NHK, Jumat (31/7/2015).

Apalagi di wilayah ini, hotel baru terus bermunculan. Lebih dari 20 hotel resor telah dibangun dalam lima tahun terakhir, dan semakin besar hotel, kebutuhan tenaga kerja meningkat. Namun sangat sulit menemukan pekerja berkualitas.

Seperti diungkapkan manajemen perusahaan kebersihan Okinawa Daiken yang memiliki 900 pekerja paruh waktu. Namun mereka ternyata setidaknya masih membutuhkan lebih dari 100 pekerja untuk memenuhi kebutuhan hotel. Rekrutmen terakhir hanya menghasilkan belasan pekerja baru.

"Kami melakukan yang terbaik untuk merekrut orang-orang baru, akan tetapi sedikit yang terekrut. Namun pada saat yang sama, para pekerja senior berhenti bekerja," kata Manajer Okinawa Daiken, Tsuguhiro Touma.

Okinawa Daiken menyediakan layanan shuttle bus untuk membawa pekerja ke resor hotel supaya para pekerja betah dengan pekerjaannya. Mereka juga telah mempekerjakan 80 mahasiswa asing dari Asia, dan pekerja berpengalaman sebagai staf training.

Manajer perusahaan mengatakan butuh waktu bagi mereka untuk memperoleh keterampilan kerja. "Kami tidak bisa melanjutkan bisnis kami tanpa mahasiswa asing. Jika saya bisa mempekerjakan lebih banyak orang, saya bisa mendapatkan kontrak dengan hotel baru dan meningkatkan kualitas layanan kami. Jujur, itu membuat frustrasi," lanjutnya.

Pihak hotel mengkhawatirkan eksodus pekerja akan terjadi demi mencari pekerjaan yang lebih baik. Bahkan salah satu Manajer hotel di wilayah ini, Kenji Yamashiro menaikan gaji karyawannya hingga 7 persen dengan harapan karyawan mau tetap bekerja bersamanya. Ia menambahkan hingga US$ 25.000 untuk gaji tahunan atau sekitar Rp 336 juta (dengan kurs Rp 13.463 per dolar AS).

Dia juga juga memutuskan menghilangkan kerja lembur. Sebab lamanya jam kerja di hotel menjadi alasan besar mengapa orang-orang muda mencari pekerjaan lain. "Kami akan menciptakan lingkungan kerja yang ramah, dan membuat manajemen hotel kami lebih transparan," katanya.

Beberapa analis percaya krisis tenaga kerja di industri pariwisata Okinawa berdampak serius. "Pariwisata adalah industri besar di Okinawa. Tapi tidak ada sekolah untuk belajar pariwisata, dan manajemen hotel. Tidak semua hotel cukup mampu mengembangkan sumber daya manusia. Saya pikir pemerintah daerah, dan industri pariwisata harus membuat sistem untuk itu," kata Sachiko Ito, dari Okinawa Development Finance Corporation.(Ilh/Nrm)

 

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya