Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Presiden AS Donald Trump memiliki visi tersendiri tentang iPhone. Presiden AS ke-47 ini ngotot bahwa iPhone harus diproduksi di Amerika Serikat.
Trump dan pemerintahannya bahkan yakin kalau visinya itu akan menjadi kenyataan. Meski para analis dan Apple sendiri menyebut kalau hal itu tidak mungkin.
Baca Juga
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, sebagaimana dikutip dari The Guardian, Jumat (11/4/2025) menyebut, Donald Trump meyakini, investasi USD 500 miliar yang baru-baru ini digelontorkan Apple dan meningkatnya tarif impor alias tarif Trump yang dipicu oleh kebijakan perdagangannya akan mendorong perusahaan untuk meningkatkan manufaktur di AS.
Advertisement
"Presiden Trump meyakini kami memiliki tenaga kerja, sumber daya untuk mengerjakannya. Jika Apple tidak yakin AS bisa melakukannya, mereka mungkin tidak akan mengeluarkan uang sebanyak itu," katanya.
Sebelumnya, Trump mengunggah di media sosial Truth Social miliknya, "Ini adalah waktu yang tepat untuk memindahkan perusahaan Anda ke AS, seperti yang dilakukan Apple dan banyak perusahaan lain dalam jumlah yang sangat besar."
Ia menambahkan, "Tanpa tarif dan persetujuan energi bisa dilakukan segera. Tidak ada penundaan akibat lingkungan."
Berbanding terbalik, para ahli dan CEO Apple Tim Cook serta pendahulunya, Steve Jobs, mengungkap kalau AS tidak memiliki tenaga kerja seperti negara lain tempat sebagian iPhone dan produk Apple diproduksi.
Misalnya tenaga kerja di Tiongkok, yang memproduksi sekitar 85 persen iPhone, begitu juga di India, dan Vietnam.
Mendag AS Yakin Tenaga Kerja AS Cukup untuk Rakit iPhone
Menteri Perdagangan Trump, Howard Lutnick, juga percaya diri kalau nantinya jutaan orang Amerika Serikat bisa mengerjakan apa yang dilakukan pekerja di pabrik iPhone.
"Ingat jutaan manusia yang memasang sekrup kecil untuk membuat iPhone? Hal semacam ini akan terjadi di Amerika," katanya.
Ia meyakini, orang-orang Amerika yang hebat, ahli perdagangan AS, akan memungkinkan proses produksi besar terjadi di negara itu.
Advertisement
Sejak 2010, Steve Jobs Ragu iPhone Diproduksi di AS
Produksi iPhone dilakukan di luar Amerika Serikat sebenarnya sudah terjadi sejak Steve Jobs memimpin perusahaan.
Pada 2010, pendiri Apple itu bersikeras bahwa skenario produksi iPhone di AS tidak mungkin terjadi.
Axios sebelumnya melaporkan, Jobs berkomentar mengenai hal ini dalam biografi Walter Isaacson. Menurutnya, AS kekurangan personel terlatih yang dibutuhkan perusahaan (untuk merakit iPhone).
Pada 2010 saja, Apple disebut mempekerjakan 700.000 pekerja pabrik di Tiongkok untuk merakit iPhone dan produk Apple lainnya.
Oleh karenanya, Apple membutuhkan 30.000 teknisi lokasi untuk mendukung para pekerja tersebut. "Anda tidak akan menemukan banyak orang yang bisa dipekerjakan di Amerika," tuturnya.
Sementara itu, pada 2017 Tim Cook juga membeberkan kepada Fortune bahwa perusahaan seperti Apple mengandalkan negara-negara seperti Tiongkok bukan hanya karena tenaga kerja yang lebih murah, tetapi juga karena kualitas karyawan yang terlatih.
"Alasannya karena keterampilan dan kuantitas keterampilan di satu lokasi, serta jenis keterampilannya," katanya saat itu.
Harga iPhone Bisa Melonjak Kalau Diproduksi di AS
Kalau iPhone dibuat di Amerika Serikat, kira-kira bagaimana harga iPhone di negara tersebut? Apakah masih bisa tetap sama seperti sekarang?
Mengutip laporan dari CNN, Kamis (10/4/2025), seorang analis teknologi memperingatkan bahwa harga iPhone buatan AS bisa melonjak hingga USD 3.500 atau setara Rp 58,7 juta (asumsi 1 USD = Rp 16.770).
Kepala penelitian teknologi global di perusahaan jasa keuangan Wedbush Securities, Dan Ives, mengatakan, gagasan untuk membuat pekerjaan-pekerjaan manufaktur dilakukan di AS merupakan "kisah fiksi" semata.
Menurut Ives, iPhone buatan Amerika bisa berharga lebih dari tiga kali lipat dari saat ini yang harganya sekitar USD 1.000. Hal ini karena diperlukan replikasi ekosistem produksi yang begitu kompleks dari yang kini ada di Asia.
Bukan hanya harga iPhone yang bakal melambung jika dibuat di Amerika Serikat. Apple juga perlu merogoh kantong yang dalam untuk investasi.
Pasalnya, Ives mengungkap, Apple bisa saja mengeluarkan biaya sekitar USD 30 miliar dan waktu tiga tahun untuk memindahkan hanya 10 persen rantai pasokan mereka ke AS.
Perlu diketahui, manufaktur dan perakitan komponen smartphone beralih ke Asia dalam beberapa dekade ke belakang. Pasalnya perusahaan-perusahaan Amerika sebagian besar berfokus pada riset dan pengembangan software serta desain produk. Hal ini dinilai jauh menghasilkan margin keuntungan lebih tinggi.
Advertisement
