Harga BBM Tak Turun, Komisi VII DPR RI Panggil Pertamina

Seharusnya dengan harga BBM yang murah dan tidak subsidi, Pertamina tidak merugi.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 21 Agu 2015, 11:40 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2015, 11:40 WIB
Ilustrasi Perusahaan Minyak dan Gas Pertamina (2)
Ilustrasi Perusahaan Minyak dan Gas Pertamina

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia kembali turun ke level terendah. Pada pekan ini, harga minyak dunia sudah berada di kisaran US$ 40 per barel. Namun penurunan harga minyak dunia tersebut tidak diikuti dengan penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dijual oleh PT Pertamina Tbk. 

Komisi VII DPR RI pun bertanya-tanya mengenai hal tersebut. Oleh karena itu, Komisi VII berencana untuk segera memanggil Pertamina (Persero), untuk mempertanyakan kebijakan Pertamina dalam hal harga BBM.

"Kami akan memanggil Pertamina untuk membuka dasar perhitungannya, supaya jelas di masyrakat. Apabila tidak ada koreksi setiap 3 atau 6 bulanan, maka selisih harga dibebankan kepada masyarakat," ujar Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Satya Widya, Jumat (21/8/2015).

Sementara itu, anggota Komisi VII RI Kurtubi pun bertanya-tanya mengenai kerugian yang dibukukan oleh Pertamina. Menurutnya, seharusnya dengan harga BBM yang murah dan tidak subsidi, perusahaan pelat merah tersebut tidak merugi.

PT Pertamina mencatatkan kinerja keuangan yang buruk sepanjang paruh pertama 2015. Hingga Juni 2015, pendapatan perusahaan migas pelat merah ini mengalami penurunan hingga 40,69 persen menjadi US$ 21,79 miliar jika dibanding periode sama tahun lalu. Kinerja yang buruk ini imbas dari merosotnya minyak mentah.

Beruntung, di tengah anjloknya pendapatan, beban pokok dan beban usaha perseroan mengalami penurunan sebesar 35,26 persen dibandingkan periode sama pada tahun lalu menjadi US$ 20,22 miliar.

Saat ditanya apakah Dwi Soetjipto sebagai direktur utama Pertamina bisa saja dicopot lantaran tak bisa menangani dengan baik, hal itu mesti dalam pertimbangan.

"Iya pasti bisa (dicopot), tapi saya belum tahu pasti apakah kerugiannya. Tapi kalo soal harga itu bukan di tangan Pemerintah. Karena itu kita akan panggil pemerintah dulu," tegas Kurtubi.

Meski demikian, Kurtubi mengingatkan jangan saling menyalahkan. Dia menegaskan momen harga minyak dunia turun, harus digunakan sebagai menaikan ekonomi.

"Ini bisa menjadi momen percepat ekonomi, menurun dengan harga minyak ini ada peluang. Dengan cara menurunkan harga premium, maka ekonomi kita akan meningkat," pungkas dia. (Putu Merta/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya