Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang saat ini masih bergerak di 14.000 ternyata mulai menimbulkan keresahan bagi para pengusaha. Tak hanya pengusaha-pengusaha besar, para pengusaha kecil pun mulai terancam, seperti halnya pengusaha tahu tempe.
Ketua Himpunan Pengusaha Peribumi Indonesia (HIPPI) Sarman Simanjorang mengungkapkan, pengusaha tahu tempe mulai gelisah dikarenakan bahan baku mereka yang berupa kedelai mayoritas masih impor.
"Pengusaha tahu tempe mengeluh karena bahan baku mereka tergantung kedelai, ini merupakan pukulan," kata Sarman di Hotel Amoz Cozy, Jakarta, Rabu (26/8/2015).
Pukulan tersebut dikarenakan, saat rupiah terus melemah terhadap dolar AS mengakibatkan harga kedelai semakin melonjak. Harga kedelai yang tinggi inilah yang secara langsung mempengaruhi tingkat produksi para pengusaha tahu dan tempe.
Mahalnya harga kedelai tersebut diperparah dengan menurunnya daya beli masyarakat yang menurun akibat perlambatan ekonomi Indonesia yang pada kuartal II 2015 hanya 4,6 persen.
Untuk mendukung penguatan para pelaku usaha kecil dan menengah, Sarman mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk lebih mempermudah persyaratan pengajuan modal kredit bagi para pengusaha tersebut.
"Karena bagaimanapun UKM itu adalah kekuatan ekonomi bangsa, tahun 2008 pengusaha besar pada tumbang, tapi UKM tidak, saya rasa penguatan UKM di Jakarta menjadi hal yang sangat penting," papar Sarman.
Seperti diketahui, ‎ saat ini kebutuhan konsumsi kedelai 2,5 juta ton, sedangkan produksi kedelai pada tahun 2014 baru mencapai 856 ribu sampai 1,2 juta ton saja. Untuk target produksi kedelai tahun ini baru mencapai 1,34 juta ton. Sedangkan untuk bahan baku tahu tempe minimal harus mengimpor 62 sampai 70 persen.
Melihat kondisi tersebut, Kementerian Perdagangan memperkirakan selama tiga tahun ke depan Indonesia masih harus impor kedelai, agar bisa mengkonsumsi tahu dan tempe.‎ (Yas/Ndw)
Pengusaha Tahu Tempe Terancam Bangkrut Gara-gara Rupiah
Pengusaha tahu tempe mengeluh karena bahan baku mereka tergantung kedelai impor.
diperbarui 26 Agu 2015, 12:20 WIBDiterbitkan 26 Agu 2015, 12:20 WIB
Aktivitas di sentra pembuatan tahu di Ubung, Denpasar, Bali, Jumat (11/2). Pengusaha tahu dan tempe memperkecil ukuran menyusul meningkatnya harga kedelai.(Antara)
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
7 Potret Onic Vior yang Lagi Viral, Foto Bareng Kekasih Jadi Sorotan
Jokowi Pilih Kampanye di Jawa Tengah Ketimbang Jakarta, Ridwan Kamil: Dimaklumi
Berhasil Jalani Kemoterapi, Kate Middleton Undang Penyintas Kanker ke Konser Natalnya di Westminster Abbey
Hasto PDIP: Pramono-Rano Tempatkan Diri Sebagai Wakil Rakyat, Bukan Perwakilan Raja
Kolesterol Bebek vs Ayam, Mana yang Lebih Aman Dikonsumsi?
Siap Menangkan Andika-Hendi di Cilacap, Relawan Perkasa Bercahaya Mendeklarasikan Diri
Media Sosial Milik Donald Trump Jajaki Bisnis Perdagangan Kripto
Apa Arti dari Warna Merah: Makna Mendalam dan Pengaruhnya
Tangkap 24 Terduga Pelaku Judi Online Komdigi, Polda Metro Masih Buru 4 DPO Lagi
5 Alasan Psikologis Mengapa Kamu Tidak Bisa Berhenti Memikirkan Seseorang
China Perluas Akses Bebas Visa untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi
10 Emiten Pindah ke Papan Pengembangan Mulai 29 November 2024