Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah turun lebih dari tiga persen di awal pekan terseret sentimen harga bensih merosot ditambah kekhawatiran kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) oleh bank sentral AS untuk pertama kalinya sejak 2006.
Harga minyak mentah acuan AS turun 75 sen menjadi US$ 43,88 per barel. Harga minyak mentah Brent melemah US$ 1,58 menjadi US$ 46,56 dibandingkan sesi sebelumnya US$ 46,36.
Baca Juga
Pelaku pasar tengah menanti apakah bank sentral AS menaikkan suku bunga pada pertemuan Kamis pekan ini untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan. Analis memperkirakan bila kenaikan suku bunga terjadi maka harga minyak akan jatuh seiring penguatan dolar AS.
Advertisement
Hal itu lantaran penguatan dolar AS membuat permintaan dari negara pengimpor melambat.Selain itu, harga bensin yang reli tajam pada kuartal II telah menyeret harga minyak. Sejumlah pelaku pasar melihat pelemahan yang terjadi pada kontrak terdekat karena musim mengemudi pada musim panas segera berakhir. "
Saya rasa ini mengejutkan banyak orang, dan mereka lengah," ujar Scott Shelton, Analis Komoditas di ICAP, mengutip dari laman Reuters, Selasa (15/9/2015).
Sebelumnya harga minyak mentah berjangka sempat pulih setelah perusahaan intelijen Genscape melaporkan penarikan sekitar 1,8 juta barel pada pekan lalu.Akan tetapi, harga minyak terutama Brent telah turun tajam. Harga minyak Brent dari di atas US$ 117 pada Juni 2014 menjadi di bawah US$ 47 seiring pasokan minyak global berlebih dan kekhawatiran ekonomi China melambat.
"Kami pikir harga minyak cenderung rendah, dan tidak ada sentimen kuat untuk mengangkat harga minyak," kata Kepala Riset BNP Paribas, Harry Tchilinguirian. (Ahm/Gdn)