Harga BBM Bakal Turun, Berapa Idealnya?

Saat ini harga premium dibanderol Rp 7.400 dan solar Rp 6.900 per liter.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 05 Okt 2015, 06:40 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2015, 06:40 WIB
Ilustrasi Minyak Pertamina (2)
Ilustrasi Minyak Pertamina (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo memberikan sinyal akan menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada awal pekan ini. Saat ini harga premium dibanderol Rp 7.400 dan solar Rp 6.900 per liter

Idealnya berapa penurunan harga BBM?

Menurut Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro, dengan asumsi harga minyak US$ 45 per barel dan nilai tukar rupiah Rp 14.500 per dolar AS, idealnya harga BBM jenis premium turun menjadi Rp 6.500-6.800 per liter.

"Kemungkinan pemerintah ambil di kisaran 6.800 per liter. Sedangkan di pasar dunia solar lebih rendah dari premium, sekitar Rp 100-200 lebih rendah," kata dia saat berincang dengan Liputan.com, Senin (5/10/2015).

Komaidi menilai kebijakan yang diambil pemerintah ini positif sebab bisa mendongkrak daya beli masyarakat yang sedang tertekan lesunya ekonomi.

"Masalahnya Pertamina berpotensi menjadi korban karena kerugian kemarin belum tertutup," tutur dia.

Sekadar informasi, Pertamina saat ini masih menanggung rugi sekitar Rp 15 triliun karena menjual harga BBM jenis Premium dan Solar di bawah harga keekonomian. Kerugian ini akan membengkak jika harga BBM turun.

Sebab pemerintah memastikan tidak ada alokasi khusus untuk menutupi kerugian tersebut dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015.

"Pertamina itu milik pemerintah. Sebagai operator dia pasti menjalankan. Yang tentukan harga BBM itukan wewenang pemerintah," ungkap Anggota Komisi VII DPR Kurtubi.

Menurut dia, DPR menyambut baik langkah yang diambil pemerintah. Sebab, Kebijakan yang diambil pemerintah tersebut sangatlah tepat untuk mendorong mempercepat pertumbuhan ekonomi saat lesu.

Untuk itu, harus ada upaya-upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, salah satunya dengan meningkatkan daya beli rakyat melalui menurunkan harga BBM.

"Ekonomi kita sedang terpuruk. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada  Triwulan II 2015 ini bahkan menyentuh level terendah dalam 10 tahun terakhir. Ini memprihatinkan sekali," kata Kurtubi.

Kurtubi menilai harga BBM jenis premium dan solar idealnya turun sekitar Rp 1.000 per liter agar bisa meningkatkan daya beli masyarakat. Sekadar informasi saat ini harga Premium dipatok Rp 7.400 dan solar Rp 6.900 per liter.

Penurunan harga BBM sebesar Rp 1000 tersbeut  itu dengan asumsi harga minyak dunia US$ 50 per barel dan kurs rupiah 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Itu sudah termasuk Pajak Pertambahan nilai (PPN) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)," terangnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita mengusulkan harga solar turun 10 persen agar bisa menekan biaya operasional. "Kalau turun hanya 3 persen atau 5 persen itu tidak berpengaruh," ungkapnya.

Dia berharap penurunan harga BBM ini bisa mendongkrak industri logistik yang kini tengah lesu akibat lemahnya permintaan. "Untuk itu, kami berharap harga solar turun signifikan," harap Zaldy. (Ndw/Igw)

 


Presiden Joko Widodo memberikan sinyal akan menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada awal pekan ini. Saat ini harga premium dibanderol RP 7.400 dan solar Rp 6.900 per liter

Idealnya berapa penurunan harga BBM?

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro, dengan asumsi harga minyak US$ 45 per barel dan nilai tukar rupiah Rp 14.500 per dolar AS, idealnya harga BBM jenis premium turun di kisaran Rp  6.500-6.800 per liter.

"Kemungkinan pemerintah ambil di kisaran 6.800 per liter. Sedangkan di pasar dunia solar lebih rendah dari premium, sekitar 100-200 rupiah lebih rendah," kata dia saat berincang dengan liputan.com.

Komaidi menilai kebijakan ini positif sebab bisa mendongkrak daya beli masyrakat yang sedang tertekan lesunya ekonomi.

"masalahnyaPertamina berpotensi menjadi korban arena kerugian kemarin blm tertutup."


Anggota Komisi VII DPR Kurtubi menyambut baik langkah yang diambil pemerintah.

Menurut dia, kebijakan yang diambil tersebut sangatlah tepat untuk mendorong mempercepat pertumbuhan ekonomi saat lesu. Untuk itu,  harus ada upaya-upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, salah satunya dengan meningkatkan daya beli rakyat melalui menurunkan harga BBM.

"Ekonomi kita sedang terpuruk. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada  Triwulan II 2015 ini bahkan menyentuh level terendah dalam 10 tahun terakhir. Ini memprihatinkan sekali," kata Kurtubi saat berbincang dengan Liputan6.com, Minggu (4/10/2015).

Kurtubi menilai harga BBM jenis premium dan solar idealnya turun sekitar Rp 1.000 per liter agar bisa meningkatkan daya beli masyarakat. Sekadar informasi saat ini harga Premium dipatok Rp 7.400 dan solar Rp 6.900 per liter.

Penurunan harga BBM sebesar Rp 1000 tersbeut  itu dengan asumsi harga minyak dunia US$ 50 per barel dan kurs rupiah 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Itu sudah termasuk Pajak Pertambahan nilai (PPN) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB). Kalau tepatnya, Rp 750 per liter itu harga BBM sama dengan biaya pokok produksi tanpa untung atau rugi."

Meski Pertamina akan menanggung rugi akibat kebijakan itu, Kurtubi berpendapat BUMN migas itu akan tetap menjalankan kebijakan itu.

"Pertamina itu milik pemerintah. Sebagai operator dia pasti menjalankan. Yang tentukan harga BBM itukan wewenang pemerintah," ungkapnya.

Sementara itu,
logistik

kl solar iya, kl premium yang ngaruh.

solar ikut turun. paling banyak turunnya apalagi logistik lesu turun 50%.

efeknya secara bisnis pasti kurang banyak. pajet regulasi blm sentuh yg langusng, lpungutan2 yang dilakukan bumn dan pemda masih ada.

diharapkan dampak kebijakan ada.

Solar optimal kl turun 10% dampaknya lumayan. kl turun 2-3% atau 5% nggak ngaruh.

logistik lesu, dr demand turun jauh krn ekonomi melambat.

dampak lumayan spt apa? biaya transportasi bisa turun 5%.

kadang2 ada bbrp biaya pungutan2 itu malah naik.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya