Proyek Kereta Cepat Dituding Bisa Korbankan Rakyat

Akibat investasi senilai US$ 5,5 miliar yang dianggap terlalu mahal, pengelola kereta cepat akan menaikan harga tiket.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 29 Jan 2016, 21:52 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2016, 21:52 WIB
20160121-Peresmikan Proyek kereta Cepat Jakarta Bandung- Ilyas Praditya
Gambaran kereta cepat Jakarta-Bandung (Liputan6.com/ Ilyas Praditya)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat ekonomi politik Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng mengkritik pembangunan proyek kereta cepat (High Speed Train/HST) rute Jakarta-Bandung yang dinilai hanya akan menyengsarakan rakyat Indonesia, terutama warga Jakarta.

"Pemerintah tuh harusnya jangan berpikir kereta cepat. Buat apa kereta cepat, apalagi investasinya mahal sekali. Rakyat yang harus bayar dan menanggung," jelas dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (29/1/2016).

Daeng mengatakan, akibat investasi senilai US$ 5,5 miliar yang dianggap terlalu mahal, pengelola kereta cepat akan menaikan harga tiket.

Dari semula Rp 200 ribu sekali perjalanan per orang di tahun pertama, maka harganya akan naik dua kali lipat menjadi Rp 400 ribu di tahun berikutnya.

"Kenaikan harga tiket pasti tidak bisa dihindarkan untuk menutup biaya investasinya. Karena mereka pasti menghitung Internal Rate of Return (IRR) dari investasi yang digelontorkan US$ 5,5 miliar. Itu berat lho, semuanya beban dan untuk melunasi beban investasi bakal dijatuhkan ke konsumen," tutur dia.

Dengan kata lain, Daeng bilang, rakyat Indonesia, khususnya warga Jakarta harus membayar utang PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dengan nilai sekitar lebih dari Rp 50 triliun.

"Dengan tingkat bunga 5,5 persen per tahun, dikalikan 20 tahun, maka bebannya bisa mencapai Rp 200 triliun," tandas dia. (Fik/Nrm)
    

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya