Indonesia-Belgia Jajaki Kerja Sama Investasi dan Perdagangan

Pemerintah Indonesia menyediakan fasilitasi untuk penguatan struktur dan peningkatan daya saing industri.

oleh Septian Deny diperbarui 14 Mar 2016, 11:05 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2016, 11:05 WIB
Pemerintah Belgia yang dipimpin oleh Putri Astrid melakukan pertemuan dengan pemerintah dan pengusaha Indonesia.
Pemerintah Belgia yang dipimpin oleh Putri Astrid melakukan pertemuan dengan pemerintah dan pengusaha Indonesia. (Foto: Septian Deny/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Belgia yang dipimpin oleh Putri Astrid melakukan pertemuan dengan pemerintah dan pengusaha Indonesia. Dalam pertemuan tersebut, kedua negara membicarakan peluang investasi dan perdagangan.

Dalam sambutannya, Menteri Perindustrian Saleh Husin yang mewakili pemerintah Indonesia menyatakan pemerintah Indonesia berharap kesempatan ini tidak hanya dapat menjaga hubungan baik kedua negara, tetapi juga dapat meningkatkan kerja sama jangka menengah dan panjang yang saling menguntungkan.

"Khususnya peningkatan hubungan investasi Industri antara kedua negara," ujarnya diJakarta, Senin (14/3/2016).

Dia mengungkapkan, ekonomi Indonesia pada 2015 mampu tumbuh 4,79 persen. Sedangkan pertumbuhan industri non-migas selama 2015 sebesar 5,04 persen. Hal tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi.

"Industri pengolahan mempunyai kontribusi 20,84 persen terhadap nilai total pertumbuhan ekonomi (PDB), sedangkan industri pengolahan non migas berkontribusi sebesar 87,21 persen terhadap pendapatan industri pengolahan," lanjutnya.

Menurut Saleh, pemerintah Indonesia selalu melakukan pembenahan internal dalam mewujudkan komitmennya untuk melakukan reformasi dan meningkatkan iklim investasi di Indonesia. Upaya pembenahan untuk peningkatan ekonomi dilakukan secara cepat sejak September 2015 yang ditandai dengan dikeluarkannya paket kebijakan ekonomi.

"Dalam rangka manambah daya tarik investasi, pemerintah Indonesia juga menyediakan fasilitasi untuk penguatan struktur dan peningkatan daya saing industri yang terdiri dari insentif fiskal seperti Pembebasan/pengurangan PPh, tax holiday, tax allowance.

Selain itu juga insentif non fiskal seperti kemudahan usaha di kawasan ekonomi khusus, perizinan keimigrasian bagi tenaga kerja asing. Serta kebijakan moneter seperti keringanan pinjaman bank," jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, lanjut Saleh, dirinya ingin menyakinkan peluang para pengusaha kedua negara untuk bekerjasama di Indonesia sangat menjanjikan.

Ini tidak hanya terbatas pada sektor perdagangan, namun juga pada sektor investasi industri, inovasi dan penelitian serta pengembangan teknologi industri. Dengan demikian, pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produktivitas dan daya saing.

"Tidak ada yang dapat dilakukan rescuer sendiri di dunia, bahkan kedua tangan perlu melakukan kerja sama antara yang satu dengan yang lainnya. Kedua belah telapak kaki juga saling bekerja sama, demikian pula dengan seluruh anggota badan. Demikian pula suatu kerja sama diperlukan antara sesama anggota keluarga," tandas dia. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya