SBY: Ekonomi RI Tumbuh Lebih Tinggi dari Negara Eropa

Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan Indonesia masih akan menghadapi beberapa tantangan di 2016.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 14 Mei 2016, 15:15 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2016, 15:15 WIB
20150909-Kekompakan Keluarga SBY di Peringatan HUT ke-14 Demokrat-Jakarta
Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono berpidato pada puncak perayaan HUT Partai Demokrat ke-14 di Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (9/9/2015). Dalam pidatonya, SBY memberikan arahan kepada kader PD. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan Indonesia masih akan menghadapi beberapa tantangan di 2016. Tantangan itu terutama yang berkaitan dengan ekonomi. Meski begitu SBY menyebut ekonomi RI tumbuh lebih baik dibanding dengan negara di Eropa hingga Amerika Latin.

SBY mengatakan, salah satu yang mesti dikhawatirkan dalam perkembangan ekonomi adalah dari faktor eksternal, yaitu perkembangan ekonomi Tiongkok.

Selain itu, isu yang patut diwaspadai adalah akan dilaksanakannya pemilihan umum Presiden Amerika Serikat (AS) yang akan diselenggarakan November 2016.

"Tentu ini akan mempengaruhi negara-negara di dunia, termasuk negara berkembang seperti Indonesia," kata SBY, Dalam pidatonya di seminar internasional 'Feeding The Zone: International Cooperation, Innovation, Investment in Indo-Pacific Agriculture‎' di Djakarta Theater Sabtu (14/5/2016).

‎Selain itu, isu-isu politik yang akan berpengaruh pada sentimen ekonomi dikatakan SBY seperti penumpasan ISIS, pergantian Sekjen PBB Ban Ki Moon dan masih banyaknya aksi terorisme di beberapa negara.

Namun begitu, SBY mengungkapkan daya tahan ekonomi Indonesia lebih baik dibandingkan beberapa negara berkembang di dunia. Pengalaman dalam menghadapi krisis 1998 dan 2008 dinilai perlu menjadi bekal utama.

"Ekonomi kita tumbuh lebih tinggi dari negara-negara yang ada di Eropa, Amerika Latin, Rusia, dan negara persemakmuran‎. Ini bukti ketahanan ekonomi kita," paparnya.

‎Terakhir, International Monetary Fund (IMF) yang mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,4 persen menjadi 3,2 persen, juga harus mendapat perhatian dari Pemerintahan saat ini.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya