Harga Pangan Kian Meroket, Daging Sapi Jadi Rp 130 Ribu

Penyesuaian harga bahan pangan dan sembako di pasar tradisional sudah berlangsung selama sebulan ini.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 23 Mei 2016, 12:00 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2016, 12:00 WIB
20160125-Harga Daging Sapi di Jakarta Melonjak Hingga Rp 130 Ribu/Kg-Jakarta
Aktivitas jual beli daging sapi di Pasar Senen, Jakarta, Senin (25/1). Peraturan Pemerintah yang membebankan pajak 10% untuk setiap penjualan sapi impor berdampak pada naiknya harga daging di sejumlah pasar tradisional. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Harga bahan pangan di pasar terus merangkak naik sejak dua pekan lalu atau satu bulan menjelang puasa. Fenomena lonjakan harga jual tersebut disebut-sebut belum pernah terjadi ‎di tahun-tahun sebelumnya yang kecenderungan peningkatan harga baru terjadi sepekan jelang Ramadan.

Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia, Abdullah Mansuri mengungkapkan, harga-harga bahan pangan dan sembako di pasar tradisional masih terpantau tinggi, seperti harga bawang merah, bawang putih, daging sapi, cabai, telur, minyak goreng, dan komoditas lainnya.

"Bawang merah turun sedikit Rp 500 per kilogram (Kg) menjadi kisaran Rp 38 ribu-Rp 45 ribu per kg. Tapi bawang putih justru melonjak sampai Rp 7 ribu dari harga sebelumnya Rp 35‎ ribu menjadi Rp 42 ribu per kg," terangnya saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (23/5/2016).

‎Harga cabai rawit merah masih stabil di kisaran Rp 30 ribu-Rp 35 ribu per kg, harga jual telur masih Rp 20 ribu-Rp 22 ribu per kg. Sedangkan harga minyak goreng mengalami kenaikan Rp 500-Rp 1.000 per kg dengan harga Rp 12 ribu sampai dengan Rp 13 ribu per kg.

"Paling parah daging sapi naiknya sudah Rp 10 ribu per kg dari harga sebelumnya Rp 120 ribu per Kg menjadi Rp 130 ribu setiap kilonya sekarang ini," jelasnya.

Menurutnya, penyesuaian harga bahan pangan dan sembako di pasar sudah berlangsung selama sebulan ini. Padahal di tahun-tahun sebelumnya, Mansuri mengaku tidak pernah seperti ini. Karena biasanya harga mulai merangkak naik seminggu menjelang puasa.

"Yang pasti ini belum pernah terjadi sebelumnya, karena kenaikan bahan pokok biasanya satu minggu jelang Ramadan, tapi ini satu bulan saja sudah tinggi," ujarnya.

Mansuri menduga, kenaikan harga ini disebabkan tiga faktor. Pertama, masalah pasokan dan permintaan. Kedua, ada unsur kesengajaan atau penimbunan dari beberapa pihak karena pasokan cukup namun barang di pasar kurang. Faktor ketiga,  terjadi penimbunan pribadi yang dilakukan masyarakat karena ada kepanikan.

"Kayak bawang putih harganya melonjak signifikan karena selain impor, juga ada permainan. Juga masyarakat borong sembako lebih banyak, takut harga makin naik dan barang kosong, jadi ditimbun pribadi karena panik," tegasnya.

Mansuri mengimbau kepada pemerintah agak segera melakukan intervensi pasar dalam rangka stabilisasi harga saat puasa dan Lebaran. Jika tidak, dia khawatir akan terjadi kenaikan harga lebih parah di 3 hari menjelang Lebaran, di mana saat puncak harga terjadi.

"Kalau tidak diredam harganya, kami khawatir di 3 hari menjelang Lebaran saat puncak harga, akan terjadi kenaikan harga ‎gila-gilaan. Harus segera intervensi pasar, jangan lama-lama disimpan di gudang Bulog misalnya, harus segera dilempar lewat Operasi Pasar secara besar-besaran," saran Mansuri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya