Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog hingga saat ini belum merealisasikan impor bawang merah. Sebelumnya, pemerintah berencana mengimpor 2.500 ton bawang merah untuk menekan harga guna menghadapi bulan puasa dan Lebaran.
Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, impor bawang merah baru benar-benar dilakukan ketika harga sudah dianggap tidak terkendali.
"Belum ada impor, belum ada realisasi, belum ada jalan. Tapi kami siap setiap saat untuk impor apabila harga tidak terkendali, kan kita masih punya waktu. Kan kemarin di pasar-pasar induk sudah turun," kata dia dalam acara penandatanganan kerja sama pembiayaan antara PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) dan PT Kopelindo Infrastruktur Indonesia, di Hotel Santika Premiere Jakarta, Jumat (3/6/2016).
Advertisement
Baca Juga
Dia mengaku, memang perubahan harga belum signifikan di pedagang eceran. Akan tetapi, menurut dia harga berubah dalam tempo 2-3 hari.
‎"‎Biasanya 2-3 hari kemudian kan diikuti eceran. Kalau mereka (bawang merah) terus turun sampai harga yang arahnya kepada harga yang diinginkan pemerintah ya mungkin nggak usah impor," imbuh dia.
Sementara itu, pihaknya menuturkan terus melakukan operasi pasar untuk menekan harga bawang merah. Memang operasi pasar tidak langsung berdampak pada penurunan harga, tapi bakal terasa secara perlahan.
Di sisi lain, dia mengatakan Perum Bulog juga terus melakukan pembelian bawang merah ke tingkat petani. Meski begitu, pihaknya tak membeberkan harga pembelian dari petani tersebut.
"(Harga) Variatif, bawang sendiri varietasnya bermacam-macam bawang Brebes, Pantura, bawang dataran tinggi, bawang Bali kan banyak. Jenisnya mereka kan juga berbeda. Susah kalau dirata-ratakan. Bawang itu varietas, berbeda sekali antara varietas satu dengan varietas lainnya," tukas dia.
Ditanya mengenai pasokan bawang merah di Perum Bulog, Djarot masih enggan untuk membeberkan jumlahnya. "Saya nggak hapal, kalau bilang ada 1.000 bocor nanti," tandas dia.