Harga Emas Dunia Melonjak ke Posisi Tertinggi dalam 2 Tahun

Lonjakan emas menandai pembalikan harapan untuk hasil referendum Inggris.

oleh Nurmayanti diperbarui 25 Jun 2016, 08:01 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2016, 08:01 WIB
Harga Emas
Harga Emas

Liputan6.com, New York - Harga emas melonjak ke posisi tertinggi dalam dua tahun setelah Inggris memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa (UE). Hal tersebut mendorong investor berbondong-bondong membeli aset safe-haven ini.

Melansir Reuters, Sabtu (25/6/2016), harga emas untuk pengiriman Agustus ditutup naik 4,7 persen menjadi US$ 1.322,40 per troy ounce di divisi Comex New York Mercantile Exchange. Ini merupakan keuntungan terbesar selama satu hari sejak September 2013.

Logam mulia awalnya diperdagangkan mencapai US$ 1.362,60 menyusul keputusan Brexit, dan ditutup pada level tertinggi sejak Agustus 2014.

Lonjakan emas menandai pembalikan harapan untuk hasil referendum Inggris, setelah pedagang menghabiskan seminggu terakhir bertaruh tentang kemungkinan Inggris tetap tinggal di Uni Eropa.

"Ini kekacauan. Itu benar-benar gila," ujar Peter Hug, Direktur Perdagangan Global Kitco Metals.

Harga emas berjangka Comex diperdagangkan sekitar tujuh kali tingkat normal saat keputusan akhir Brexit, menurut ICBC Standard Bank. "Anda bahkan tidak bisa menekan tombol tanpa melihat harga emas bergerak," kata dia.

Keluarnya Inggris dari UE atau Brexit juga memicu aksi borong emas fisik. Bahkan perusahaan broker emas berbasis di London, Sharps Pixley Ltd memeriksa saham mereka sebagai persiapan Brexit dan menerbangkan produknya dari Jerman dan Swiss.

Harga logam mulia telah meningkat 25 persen (year to date) karena investor cemas akan pertumbuhan global, dan bank sentral mengambil suku bunga ke posisi negatif.

"Pasar sedikit panas pada saat ini. Ini tentu akan berbahaya pada saat ini untuk terburu-buru membeli," kata Bill O'Neill, Broker LOGIC Advisors.

Emas juga memiliki manfaat sebagai investasi saat Federal Reserve memutuskan untuk kembali mengubah suku bunga acuannya. Tarif yang lebih tinggi cenderung membebani emas, karena harus berjuang untuk bersaing dengan aset yang memberi imbal hasil.

Beberapa investor emas melihat Brexit sebagai double-positif untuk aset tersebut, karena ketidakpastian ekonomi membuat Fed menaikkan suku.

Tapi, Julian Jessop, Kepala Riset Komoditas Capital Economics, tidak mengesampingkan kemungkinan kenaikan suku bunga belum terjadi.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya