Meneropong Dampak Mudik Lebaran ke Ekonomi Indonesia

Mudik menjadi tradisi tahunan yang rutin dilakukan masyarakat Indonesia di musim libur panjang Hari Raya Idul Fitri.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 11 Jul 2016, 14:42 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2016, 14:42 WIB
20150714-Mudik Lebaran-Tol Cipali4
Sejumlah mobil mengantri di gerbang Tol Palimanan, Jawa Barat, Selasa (14/7/2015). Hingga H-3 jelang lebaran 2015 pemudik sudah mulai memadati tol Cipali. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Mudik menjadi tradisi tahunan yang rutin dilakukan masyarakat Indonesia di musim libur panjang Hari Raya Idul Fitri. Pergerakan warga dari satu kota ke kota atau daerah lain sangat besar dan dalam waktu bersamaan membawa dampak bagi perekonomian nasional.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution usai menghadiri Halal Bihalal di Istana Negara, mengungkapkan, mudik Lebaran berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia. Pertama dari sisi harga atau inflasi dan kedua, menaikkan pendapatan daerah.

"Harga-harga kebutuhan lebih tinggi di daerah dibanding Jakarta karena orang Jakarta banyak yang mudik," ujar dia di kantornya, Jakarta, Senin (11/7/2016).

Kenaikan harga tersebut, kata Darmin, biasanya akan mengerek laju inflasi. Hanya saja, sambungnya, karena Lebaran jatuh pada minggu pertama Juli, dan bukan di akhir bulan, maka dia memprediksi tidak akan berpengaruh terhadap inflasi. Apabila harga-harga kebutuhan pokok turun di tiga minggu berikutnya.

"Tidak akan berpengaruh ke inflasi selama harga kebutuhan pokok turun lagi sampai akhir bulan ini," papar Darmin.

Di sisi lain, dia bilang, tradisi mudik ini akan meningkatkan konsumsi masyarakat dan berkontribusi terhadap pendapatan daerah. Pemudik, lanjutnya, bukan saja menghabiskan uang untuk berbelanja, tapi juga memberi semacam Tunjangan Hari Raya (THR) kepada orang-orang di sekitar.

"Itu akan meningkatkan kegiatan di daerah, ritel-ritel modern mencatatkan kenaikan penjualan, meningkatkan produksi dari industri di daerah, sehingga ekonominya akan terangkat. Tapi saya tidak tahu berapa besarnya," jelas Darmin.

Yang perlu diingat, kata dia, Lebaran berlangsung di Juli atau kuartal III sehingga tidak akan berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi di kuartal II yang rencananya diumumkan pada Agustus mendatang.

"Karena kuartal II belum mencatat pengaruh terhadap Lebaran. Jadi dampak dari mudik Lebaran ke pertumbuhan ekonomi itu baru terasa di kuartal III," Darmin menerangkan.

Dirinya memproyeksikan, ekonomi nasional dapat bertumbuh 5 persen di semester I 2016. Sementara asumsi pertumbuhan ekonomi di kuartal II khususnya, diprediksi lebih tinggi dibanding realisasi kuartal I yang sebesar 4,92 persen.

Keyakinan tersebut sudah mempertimbangkan masih rendahnya nilai dan volume perdagangan dunia, termasuk kegiatan ekspor dan impor Indonesia.

"Dampaknya pada penghasilan ketarik ke bawah, tapi di pihak lain kita membangun infrastruktur, deregulasi sehingga ekonomi terdorong ke atas meski tidak setinggi dalam situasi normal. Rasanya di kuartal II bisa lebih tinggi dari kuartal I, dan ekonomi kita di semester I bisa tumbuh 5 persen," harap dia.

 

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya