Liputan6.com, Jakarta - Pergantian acuan suku bunga dari BI rate menjadi 7 day reverse repo rate (7 DRR) membuat perbankan memiliki peluang menurunkan suku bunga kredit.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menjelaskan, BI sendiri telah menurunkan BI rate sebanyak 100 basis poin (1 persen) sejak awal tahun. Hal tersebut diikuti oleh penurunan suku bunga deposito dan kredit perbankan.
"Kemarin BI menurunkan 1 persen, 100 basis poin. Suku bunga deposito sudah turun 91 basis poin, suku bunga kredit 47 persen," kata di Gedung BI Jakarta, Senin (22/8/2016).
Dia mengatakan, dengan 7 DRR maka ada peluang penurunan suku bunga kredit perbankan. Lantaran, 7 DRR membuat suku bunga lebih mencerminkan kondisi pasar. "Memang menurut saya ruang penurunan suku bunga deposito dan kredit masih ada," ungkap dia.
Baca Juga
Meski begitu, penurunan suku bunga kredit tak langsung berpengaruh pada permintaan kredit. Sebagai contoh, di Jepang kendati suku bunga di level 0 persen bahkan minus permintaan akan kredit masih lesu. Hal tersebut disebabkan komposisi penduduk yang relatif tua sehingga tidak konsumtif.
"Kalau Indonesia masih usia muda, pemerintah genjot infrastruktur, asing juga lihat potensi pertumbuhan tinggi. Kalau menurut kami dengan penurunan suku bunga dan adanya digenjot infrastruktur oleh pemerintah dan menerbitkan deregulasi akan membuat gairah dunia usaha kembali. Tentu tidak bisa langsung ada leg waktunya," jelas dia.
BI sendiri memperkirakan pertumbuhan kredit hanya sekitar 7-9 persen sampai akhir tahun. Hal tersebut melihat pertumbuhan kredit secara year to date yang masih rendah.
"Kalau year to date di bawah 3 persen. Sehingga BI memang menurunkan pertumbuhan kredit 7-9 persen. Kalau memang optimisme meningkat, kejelasan tax amnesty, didorong suku bunga rendah. Pertumbuhan kredit 2017 harusnya lebih baik," ujar dia. (Amd/Ahm)
Advertisement