Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mendapatkan laporan terkait ada cabai yang tertular penyakit atau bakteri patek di Pasar Induk Kramat Jati. Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu pedagang sayuran di pasar tersebut.
Saat berbincang dengan Menteri Perdagangan, Mul, salah satu pedagang sayuran di Pasar Induk Kramat Jati mengatakan bakteri ini timbul akibat cuaca yang ekstrem, yaitu panas dan diselingi hujan dengan intensitas tinggi. Kemudian muncul bakteri patek yang mempercepat proses pembusukan pada cabai.
Mul menyatakan, dirinya belum mengetahui secara pasti dampak dari cabai berbakteri patek ini jika dikonsumsi. Namun, jika salah satu cabai sudah terkena bakteri patek, maka akan menular ke cabai lainnya.
Baca Juga
"Kalau di makan saya tidak tahu pasti. Tapi kalau dari perjalanan pengiriman ada cabai yang terkena patek bisa nular ke semuannya," ujar dia di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Kamis (15/12/2016).
Selain itu, Mul juga mengeluhkan fluktuasi harga cabai belakangan ini. Hal tersebut turut dipengaruhi oleh cuaca di beberapa daerah yang intensitas hujannya tinggi.
"Harga cabai tidak stabil Pak, karena cuaca. Stok ada tapi kalau cuaca hujan mempengaruhi pengiriman. Waktu mau panen di daerah hujan, kalau dipaksakan memetik misalnya, waktu sampainya jati telat, cabai kan nggak tahan lama," kata dia.
Mul menuturkan, beberapa hari yang lalu harga cabai sebesar Rp 40 ribu per kg. Namun saat ini, harga tersebut telah melonjak hingga menembus Rp 55 ribu per kg.
"Harga ini belum sampai di eceran ya Pak. Saya belum tau kalau di sana. Sekarang saja sudah Rp 55 ribuan di sini. Ini juga hasilnya kurang bagus juga," ujar dia.
Advertisement