Harga Emas Bakal Lanjutkan Penguatan pada Pekan Ini

Analis memperkirakan bila harga emas sentuh di atas level US$ 1.220 per ounce maka berpeluang menguat.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Feb 2017, 06:45 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2017, 06:45 WIB

Liputan6.com, New York - Analis memperkirakan, harga emas dapat kembali menguat pada pekan ini. Ada tekanan geopolitik di Iran menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi harga emas.

Selain itu, analis melihat kebijakan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump juga telah menekan dolar AS. Hal itu juga mendorong harga emas melonjak ke level tertinggi dalam 12 minggu.

Pada pekan lalu, harga emas naik 2,5 persen. Harga emas berada di posisi US$ 1.220,8 per ounce. Sedangkan harga perak naik dua persen. Harga perak ditransaksikan di level harga US$ 17.479 per ounce.

Pada pekan ini, rilis data ekonomi juga minim. Oleh karena itu, analis memperkirakan, harga emas akan dipengaruhi ketidakpastian geopolitikal. Analis Senior CMC Markets Canada Colin Cieszynski menuturkan, pasar akan melanjutkan reaksi terhadap pemerintahan baru AS yang dipimpin Donald Trump. Kebijakan baru pemerintahan AS telah mendorong dolar AS tertekan.

"Saya pikir pasar akan lanjut bereaksi terhadap Trump. Investor kembali untuk alihkan aset ke emas karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan. Potensi ketidakpastian politik makin tumbuh," ujar dia seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (6/2/2017).

Namun, jika Trump dapat fokus untuk mereformasi kebijakan pajak dan fiskal, hal itu jadi sentimen tenangkan pasar. Ini menurut Colin dapat membuat investor meninggalkan logam mulia.

Selain itu, fokus analis yaitu komentar Trump soal Dolar AS. Secara umum, pemerintah AS mendorong penguatan dolar AS. Namun pekan lalu, penasihat perdagangan Trump Peter Navarro menuturkan, Jerman mendapatkan untung dari euro unvervalue atau di bawah harga pasar.

"Dolar AS sekarang sangat sensitif dengan pernyataan Trump. Jika ada aksi jual signifikan di dolar AS, maka kita akan melihat penguatan kuat di pasar emas," ujar Kepala Riset Saxo Bank Ole Hansen.

Sementara itu, Fawad Razaqzada, Analis City Index menuturkan, dolar AS juga dipengaruhi pergerakan pasar saham. Jika dolar AS melemah, saham terdorong ke level tertinggi baru. Ini juga akan menekan harga emas.

Dia menambahkan, harga emas dalam jangka pendek menuju ke level di atas US$ 1.220 per ounce. "Jika harga emas sentuh di atas US$ 1.220 per ounce, maka itu kesempatan baik untuk emas menuju US$ 1.250," kata dia.

Sentimen bank sentral AS atau the Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga juga sudah mereda. Data ekonomi AS positif mendorong harapan kenaikan suku bunga pada Maret. Hal ini juga mendukung pergerakan harga emas.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya