Liputan6.com, Jakarta - Investor dalam negeri menyatakan minatnya untuk membangun pabrik petrokimia di Blok Masela, Maluku. Namun syaratnya, gas untuk bahan baku industri tersebut ‎dipatok dengan harga murah.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik (INAplas) ‎Suhat Miharso mengatakan, pihaknya meminta agar harga gas untuk industri petrokimia di kawasan tersebut sebesar US$ 3 per MMBtu. Sebab untuk mengolah metanol menjadi produk olefin membutuhkan gas dengan harga murah.
"Kita usulkan US$ 3. Supaya bisa membuat metanol yang bisa kita olah menjadi olefin. Kalau terlalu tinggi nanti metanolnya mahal, kita nggak bsa olah. Terlalu tinggi nanti harga gasnya," ‎ujar dia di Jakarta, Selasa (7/3/2017).
Advertisement
Baca Juga
Jika harga gas dipatok terlalu tinggi, lanjut Suhat, maka metanol akan kalah bersaing dengan nafta hasil olahan dari minyak bumi. Terlebih lagi saat ini harga minyak dunia juga masih rendah.
‎‎"Nanti US$ 3 masuk ke methanol plain agar bsa ditransfer lebih lanjut ke MTO (methanol to olefin). Sehingga masih bisa bersaing dengan nafta. Kalau harga gas terlalu tinggi nanti nggak bisa bersaing dengan nafta pada saat harga crude rendah. Saat ini kan lgi rendah. Kalau gasnya di atas US$ 3 nanti metanol tidak bisa bersaing dengan naftah," kata dia.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal INAplas Fajar Budiyono mengatakan, pihaknya telah beberapa kali berdiskusi dengan pemerintah mengenai pengembangan industri di Blok Masela. Sejumlah investor juga telah menyatakan ketertarikannya untuk membangun pabrik petrokimia di kawasan tersebut.
"Kami sudah beberapa kali diajak bertemu untuk membahas masalah Blok Masela. Kita berminat selama ada garansi jumlah quantity dan harga," ungkap dia.
Namun demikian, lanjut‎ dia, pemerintah harus memberikan kepastian pasokan dan harga gas sebagai bahan baku energi industri petrokimia. Fajar meminta harga gas yang dipasok sebesar US$ 3,5 per MMBtu.
"Jadi harga keekonomian. Kita hitung-hitung US$ 3,5. Itu penerimaan negara sama dengan kalau negara jual harga US$ 6.‎ Jadi tidak ada masalah di Masela yang penting ada kepastian stok dan formula harga. Karena kita kan 30 tahun. Karena kalau di masela kita bangun 1 pabrik saja, itu bisa dapat 500 ribu ton untuk polietilen dan polipropilen sekitar 700 ribu ton," kata dia.
Selain itu, Fajar juga meminta pemerintah menyiapkan infrastruktur transportasi untuk mengangkut hasil produksi industri ini. Caranya, dengan menyambungkan tol laut yang sudah ada ke Blok Masela sehingga ‎biaya transportasi bisa semakin murah
"Kemudian lokasinya di mana, kan ada 3 lokasi. Kalau bisa ini infrastruktur yang disiapkan pemerintah. Dan penting lagi, selesai ini dibangun tol laut harus nyambung. Kan sementara ini nggal lewat Masela, kalau ada tol laut jadi tidak masalah. Karena dia ke timur bawa bahan baku makanan, dan ke barat bawa bahan baku polimer. Bolak balik dapat," ujar dia.