Harga Minyak Tertekan Imbas Kenaikan Produksi AS

Harga minyak dunia melemah mencapai 9 persen secara mingguan imbas kenaikan pasokan minyak AS.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Mar 2017, 06:24 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2017, 06:24 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia melemah dalam lima sesi perdagangan menjelang akhir pekan ini. Secara mingguan, harga minyak telah susut 9 persen ke level terendah sejak November

Menjelang akhir pekan ini, data menunjukkan kalau aktivitas pengeboran minyak di AS meningkat dalam delapan minggu. Kombinasi laporan kenaikan pasokan minyak dan aktivitas produksi minyak telah menekan harga minyak di akhir sesi.

Aktivitas produksi minyak AS menjadi perhatian di tengah banjirnya pasokan global. Ini berlawanan dengan koordinasi negara eksportir minyak yang tergabung dalam the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang memangkas produksi minyak.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun 79 sen atau 1,6 persen menjadi US$ 48,49 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga itu terendah sejak 29 November. Secara mingguan, harga minyak WTI tergelincir 9,1 persen.

Sementara itu, harga minyak Brent melemah 1,6 persen ke level US$ 51,37 per barel di London’s ICE Future exchange. Harga minyak Brent merosot 8,1 persen selama sepekan. Demikian mengutip Marketwatch, Sabtu (11/3/2017).

Aksi jual terjadi pada pekan ini usai data menunjukkan pasokan minyak AS menguat. The Energy Information Administration melaporkan kalau pasokan minyak AS naik 8,2 juta barel ke level 528,4 juta barel. Total pasokan minyak ini naik ke level tertinggi lebih dari satu tahun.

Menjelang akhir pekan ini, Baker Hughes juga melaporkan aktivitas rigs di AS naik menjadi 617 rigs selama sepekan.

Pernyataan Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih menunjukkan OPEC tidak bersedia kehilangan pasar untuk produsen lain seiring OPEC juga telah bekerja untuk menyeimbangkan pasar.

“Hal ini menunjukkan kalau Riyadh mulai kehilangan kesabaran dengan dorongan selama ini yang gagal menyampaikan tujuannya untuk harga minyak di atas US$ 60 per barel. Dengan ketidakpastian ini apakah anggota OPEC akan memperpanjang pemangkasan produksi?Hal ini meluncurkan semangat mereka,” ujar Analis di Konsultan Energi Love Energy Enrico Chiorando, seperti dikutip dari laman Marketwatch.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya